Deklarasi Gaza Ditandatangani, Dunia Sambut Harapan Baru

Deklarasi Gaza Ditandatangani, Dunia Sambut Harapan Baru

CAIRO – Harapan perdamaian bagi Gaza akhirnya menemukan momentum. Setelah dua tahun konflik mematikan, Amerika Serikat dan para pemimpin kawasan Timur Tengah pada Senin (13/10/2025) menandatangani Deklarasi Gencatan Senjata Gaza yang disebut sebagai jaminan akhir dari perang panjang yang menelan puluhan ribu korban jiwa.

Deklarasi bersejarah itu diteken di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Gaza di Sharm El Sheikh, Mesir, yang dihadiri oleh para pemimpin Mesir, Qatar, dan Turkiye. Dalam forum yang dihadiri lebih dari 20 kepala negara tersebut, Presiden AS Donald Trump tampil dengan nada optimistis.

“Ini hari luar biasa bagi dunia. Ini hari yang luar biasa bagi Timur Tengah,” ujar Trump di hadapan para delegasi, seperti dikutip kantor berita AFP. Ia menambahkan, “Akhirnya, Timur Tengah damai,” yang langsung disambut tepuk tangan panjang dari para hadirin.

Dalam dokumen deklarasi, para pemimpin menyepakati komitmen bersama untuk memperkuat keamanan, kemakmuran, dan perdamaian berkelanjutan di Gaza. Kesepakatan itu juga menjadi fondasi bagi pembentukan tatanan baru yang diharapkan dapat membawa stabilitas di wilayah yang selama ini terperangkap dalam lingkaran kekerasan.

Presiden Mesir Abdel Fattah El Sisi menyebut kesepakatan tersebut sebagai akhir dari “babak menyakitkan dalam sejarah kemanusiaan” sekaligus membuka jalan menuju solusi dua negara. Sebagai bagian dari perjanjian yang dimediasi Trump, Hamas membebaskan 20 sandera terakhir yang masih hidup, sementara Israel melepas 1.968 tahanan, sebagian besar warga Palestina, dari berbagai penjara.

Meski gencatan senjata membawa napas lega, Gaza masih menghadapi penderitaan mendalam. Infrastruktur porak-poranda, layanan kesehatan lumpuh, dan jutaan warga hidup dalam ketidakpastian. Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan lebih dari 67.869 orang tewas dalam dua tahun serangan Israel, angka yang dinilai kredibel oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Kepala UNRWA, Philippe Lazzarini, menyerukan agar bantuan kemanusiaan segera masuk secara besar-besaran. “Saatnya untuk mengizinkan masuknya bantuan kemanusiaan secara besar-besaran, termasuk melalui UNRWA,” tulisnya di platform X (dulu Twitter).

Namun, jalan menuju perdamaian masih panjang. Hamas tetap menolak pelucutan senjata, sementara Israel belum secara tegas berkomitmen menarik seluruh pasukannya dari Gaza. Trump menegaskan bahwa proses menuju kesepakatan penuh akan terus berjalan.

Dalam konferensi pers bersama El Sisi, Trump mengatakan pembahasan mengenai rencana 20 poin miliknya telah dimulai. Rencana itu menjadi dasar bagi perundingan gencatan senjata dan pertukaran sandera. Trump juga bertemu Presiden Palestina Mahmoud Abbas dalam kesempatan tersebut, meski tak ada perwakilan Israel maupun Hamas yang hadir langsung di forum itu.

Sementara itu, juru bicara Hamas, Hazem Qassem, mengingatkan para penjamin perdamaian agar tetap waspada terhadap tindakan Israel.

“Kami meminta para mediator memastikan bahwa Israel tidak melanjutkan agresi terhadap rakyat kami,” ujar Qassem.

Deklarasi Sharm El Sheikh menjadi langkah besar menuju babak baru perdamaian. Namun, sebagaimana diakui banyak pihak, masa depan Gaza masih ditentukan oleh komitmen nyata kedua belah pihak untuk menghentikan kekerasan dan menata kembali kehidupan di tanah yang telah lama dilanda perang. []

Diyan Febriana Citra.

Hotnews Internasional