Paus Leo Bertemu Penyintas Pelecehan Seksual di Vatikan

Paus Leo Bertemu Penyintas Pelecehan Seksual di Vatikan

Bagikan:

VATIKAN – Dalam langkah yang dinilai bersejarah, Paus Leo bertatap muka langsung dengan para penyintas pelecehan seksual oleh klerus Katolik di Vatikan pada Senin (20/10/2025). Pertemuan ini menjadi yang pertama bagi Paus asal Amerika Serikat tersebut sejak ia terpilih menggantikan mendiang Paus Fransiskus pada Mei 2025 lalu.

Pertemuan tersebut digelar di istana apostolik dan dihadiri oleh empat penyintas serta dua advokat dari kelompok internasional Ending Clergy Abuse, sebuah koalisi yang memperjuangkan keadilan bagi korban pelecehan di lingkungan Gereja Katolik. Menurut keterangan para peserta, diskusi berlangsung selama sekitar satu jam dalam suasana penuh empati dan “momen dialog yang signifikan”.

Gemma Hickey, penyintas asal Kanada yang hadir dalam pertemuan itu, menggambarkan Paus Leo sebagai sosok yang terbuka dan mau mendengarkan.

“Paus Leo sangat hangat, beliau mendengarkan,” kata Hickey. “Kami mengatakan kepadanya bahwa kami datang sebagai pembangun jembatan, siap untuk berjalan bersama menuju kebenaran, keadilan, dan penyembuhan.”

Janet Aguti, penyintas asal Uganda, juga menyampaikan optimismenya seusai pertemuan tersebut. “Saya meninggalkan pertemuan itu dengan harapan,” ujarnya. “Ini adalah langkah besar bagi kami.”

Langkah ini dilakukan hanya beberapa hari setelah Komisi Perlindungan Anak Vatikan melaporkan bahwa para uskup senior Gereja dianggap terlalu lambat dan kurang transparan dalam menangani laporan pelecehan. Laporan tersebut bahkan menyoroti masih minimnya informasi yang diberikan kepada para korban terkait proses hukum dan sanksi terhadap pelaku.

Sebagai pemimpin tertinggi Gereja Katolik yang memiliki 1,4 miliar penganut di seluruh dunia, Paus Leo kini dihadapkan pada tantangan besar untuk mengembalikan kepercayaan publik terhadap institusi Gereja. Skandal pelecehan yang terungkap dalam beberapa dekade terakhir telah mengguncang fondasi moral Gereja dan menyebabkan kerugian finansial besar akibat berbagai tuntutan hukum.

Matthias Katsch, salah satu aktivis yang hadir, menilai Paus Leo masih mencari bentuk terbaik untuk menghadapi persoalan yang kompleks ini. “Saya pikir dia masih dalam fase di mana dia mencoba mencari cara terbaik untuk mengatasi masalah-masalah ini,” ujar Katsch. “Masa-masa di mana seorang Paus hanya mengucapkan satu kalimat dan semuanya beres sudah berakhir.”

Para penyintas juga menyerukan agar Paus menerapkan kebijakan nol toleransi secara global terhadap pelaku pelecehan seksual di kalangan klerus. Timothy Law, salah satu pendiri Ending Clergy Abuse, mengingatkan Paus bahwa kebijakan serupa telah berlaku di Amerika Serikat sejak 2002. “Mengapa kita tidak bisa menjadikannya universal?” tanya Law.

Dikenal memiliki rekam jejak empatik terhadap korban sejak masa tugasnya sebagai uskup di Peru, Paus Leo diyakini akan melanjutkan perjuangan pendahulunya, Paus Fransiskus, yang menjadikan isu perlindungan anak sebagai prioritas moral Gereja. Pertemuan ini menandai langkah awal penting menuju reformasi dan penyembuhan dalam tubuh Gereja Katolik yang telah lama terluka oleh skandal. []

Diyan Febriana Citra.

Bagikan:
Internasional