JAKARTA — Bank Indonesia (BI) mencatat lonjakan signifikan dalam aktivitas ekonomi digital nasional. Gubernur BI Perry Warjiyo menyampaikan bahwa perkembangan ekonomi dan keuangan digital Indonesia kini menjadi salah satu yang tercepat di dunia, seiring meningkatnya transaksi di sektor e-commerce dan layanan keuangan berbasis digital.
Dalam sambutannya di pembukaan Festival Ekonomi Keuangan Digital Indonesia (FEKDI) dan Indonesia Fintech Summit and Expo 2025 di Jakarta International Convention Center, Kamis (30/10/2025), Perry mengungkapkan bahwa volume transaksi keuangan digital Indonesia telah mencapai 37 miliar transaksi per tahun. Dari total tersebut, nilai transaksi di sektor e-commerce menembus Rp4.500 triliun.
“Ekonomi keuangan digital Indonesia volume transaksi 37 miliar per tahun. Hampir Rp4.500 triliun untuk e-commerce,” ujar Perry dalam pidatonya.
Ia menegaskan, pertumbuhan ini mencerminkan daya serap masyarakat terhadap teknologi finansial yang kian kuat. Digitalisasi sistem pembayaran dan kemudahan transaksi daring disebut menjadi pendorong utama laju ekonomi digital Indonesia dalam lima tahun terakhir.
Perry optimistis perkembangan ini masih akan terus berlanjut. Dengan proyeksi yang ia sampaikan, transaksi digital Indonesia diperkirakan melonjak hingga empat kali lipat pada tahun 2030, menjadi sekitar 146 miliar transaksi per tahun, dengan total nilai mencapai Rp520 ribu triliun.
“Nilainya yang tadi itu Rp520 ribu triliun tinggal dikalikan empat kali,” kata Perry.
Keyakinan tersebut bukan tanpa dasar. Menurut BI, infrastruktur pembayaran nasional seperti BI-Fast, QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard), serta kolaborasi lintas lembaga keuangan dan pelaku fintech turut mempercepat integrasi ekosistem digital di Indonesia.
Perry menambahkan, akselerasi ekonomi digital juga menjadi bagian penting dari strategi Indonesia untuk memperkuat fondasi pertumbuhan ekonomi nasional.
“Dengan percepatan digitalisasi, Indonesia akan menjadi salah satu negara dengan pertumbuhan sistem pembayaran digital tercepat di dunia,” tegasnya.
BI menyebutkan, kolaborasi antara pemerintah, perbankan, dan pelaku industri fintech akan terus diperkuat untuk memastikan inklusi keuangan berjalan seiring dengan penguatan keamanan data dan perlindungan konsumen.
Pertumbuhan pesat transaksi digital ini juga menunjukkan pergeseran perilaku masyarakat menuju transaksi non-tunai yang lebih efisien, transparan, dan inklusif. Dalam konteks ini, digitalisasi ekonomi menjadi bagian dari transformasi besar menuju ekonomi nasional berbasis inovasi dan teknologi. []
Diyan Febriana Citra.

