JAKARTA – Wakil Menteri Kehutanan (Wamenhut) Rohmat Marzuki menegaskan pentingnya kesiapan dini menghadapi potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang diprediksi meningkat pada 2027 akibat pengaruh fenomena El Nino. Ia meminta seluruh jajaran Kementerian Kehutanan (Kemenhut) segera menyusun langkah antisipatif dan memperkuat sistem pengendalian kebakaran sejak awal.
“Kita punya waktu setahun untuk memperkuat antisipasi. Petakan lokasi rawan, ketersediaan air, dan penyebab kebakaran sejak sekarang agar langkah intervensinya lebih tepat,” ujar Rohmat Marzuki saat dikonfirmasi dari Jakarta, Sabtu (01/11/2025).
Menurutnya, fenomena El Nino yang diperkirakan akan kembali terjadi pada 2027 berpotensi menimbulkan penurunan curah hujan secara signifikan dan meningkatkan risiko karhutla di berbagai wilayah Indonesia. Ia mengingatkan agar pengalaman kebakaran besar pada 2019 dan 2023 menjadi pelajaran penting bagi seluruh jajaran Kemenhut.
“Tahun 2027 akan menjadi ujian besar bagi kita semua. Pengendalian karhutla merupakan tanggung jawab seluruh jajaran Kemenhut,” tegasnya.
Wamenhut menilai langkah awal yang harus dilakukan adalah memetakan faktor-faktor penyebab karhutla di tiap daerah, termasuk aspek sosial ekonomi masyarakat dan kemungkinan adanya pembukaan lahan dengan cara membakar. Hasil pemetaan tersebut akan menjadi dasar kebijakan pencegahan dan koordinasi dengan pemerintah daerah.
Selain itu, Rohmat menekankan perlunya sinergi antar-direktorat di Kemenhut. Ia meminta Direktorat Jenderal Pengelolaan DAS dan Rehabilitasi Hutan mempercepat pembangunan embung-embung kecil di kawasan rawan karhutla untuk menjaga ketersediaan air sebagai cadangan dalam penanganan darurat.
“Pembangunan embung sangat penting sebagai sumber air alternatif saat musim kemarau panjang. Ini harus segera dipersiapkan sejak sekarang,” ujarnya.
Di sisi lain, ia menyoroti peran Masyarakat Peduli Api (MPA) yang dinilai strategis dalam pencegahan di lapangan. Ia meminta agar kapasitas dan jumlah anggota MPA diperbanyak di wilayah yang kerap mengalami kebakaran.
“Kita perlu memperkuat kapasitas dan jumlah MPA, terutama di kawasan yang selama ini rawan karhutla,” ujar Wamenhut.
Rohmat juga meminta laporan lapangan dari Manggala Agni dan MPA dikumpulkan secara rutin agar informasi mengenai titik rawan bisa dimutakhirkan secara cepat dan tepat.
Data Kemenhut menunjukkan, luas area karhutla nasional berhasil ditekan dari 376 ribu hektare pada 2024 menjadi 213 ribu hektare pada 2025. Angka tersebut jauh lebih kecil dibandingkan puncak kebakaran pada 2015 yang mencapai lebih dari 2,6 juta hektare dan pada 2019 seluas 1,6 juta hektare. Dari total luasan tahun ini, kebakaran di lahan gambut tercatat 24.212 hektare, sedangkan di lahan mineral mencapai 189.772 hektare. []
Diyan Febriana Citra.

