Gempa M 6,3 Guncang Afghanistan, Warga Panik ke Luar Rumah

Gempa M 6,3 Guncang Afghanistan, Warga Panik ke Luar Rumah

Bagikan:

KABUL – Afghanistan kembali diguncang gempa bumi kuat bermagnitudo 6,3 pada Senin (03/11/2025) dini hari waktu setempat. Guncangan yang terjadi tepat pukul 00.59 waktu setempat itu memicu kepanikan massal di sejumlah wilayah, terutama di sekitar Mazar-i-Sharif dan Kabul.

Badan Survei Geologi Amerika Serikat (USGS) melaporkan, pusat gempa berada di Kholm, sekitar wilayah Hindu Kush, dengan kedalaman sekitar 28 kilometer. Getaran terasa luas hingga ke Ibu Kota Kabul, membuat banyak warga berhamburan keluar rumah tanpa sempat membawa barang-barang mereka.

“Guncangan begitu kuat. Kami semua keluar rumah dalam keadaan gelap gulita,” ujar seorang warga Mazar-i-Sharif melalui sambungan telepon kepada media lokal.

Pemerintah setempat segera membuka layanan darurat dan menyediakan nomor telepon bantuan bagi masyarakat yang membutuhkan pertolongan. Namun hingga saat ini, belum ada laporan resmi mengenai korban jiwa maupun kerusakan berat akibat gempa tersebut.

Gempa terbaru ini kembali mengingatkan publik pada rentetan bencana serupa yang melanda Afghanistan dalam beberapa tahun terakhir. Hanya dua bulan sebelumnya, gempa dangkal bermagnitudo 6,0 mengguncang wilayah timur negara itu pada 31 Agustus 2025, menewaskan lebih dari 2.200 orang dan menghancurkan ribuan bangunan.

“Pemerintah menghadapi ujian berat dalam merespons setiap gempa karena kondisi infrastruktur yang lemah,” ujar seorang pejabat lokal.

Sejak Taliban mengambil alih kekuasaan pada 2021, Afghanistan tercatat telah mengalami beberapa gempa besar yang mematikan. Salah satunya mengguncang wilayah Herat pada 2023, menewaskan lebih dari 1.500 orang dan menghancurkan sekitar 63.000 rumah.

Gempa bumi merupakan ancaman yang terus membayangi Afghanistan, terutama karena letaknya yang berada di jalur pertemuan dua lempeng tektonik besar, Eurasia dan India. Aktivitas seismik di kawasan pegunungan Hindu Kush kerap menimbulkan gempa berkekuatan tinggi yang sulit diprediksi.

Selain faktor geografis, tingkat kerentanan warga terhadap bencana juga dipengaruhi oleh kondisi ekonomi dan sosial. Banyak rumah warga dibangun dengan bahan sederhana seperti tanah liat tanpa struktur penguat, membuatnya mudah roboh ketika diguncang gempa.

“Banyak rumah di sini tidak kuat menghadapi getaran, bahkan kecil sekalipun,” ungkap seorang penduduk Kholm yang masih trauma atas kejadian tersebut.

Sejak tahun 1900, wilayah timur Afghanistan telah mengalami sedikitnya 12 gempa besar dengan kekuatan di atas magnitudo 7,0. Namun hingga kini, upaya peningkatan sistem peringatan dini dan pembangunan infrastruktur tahan gempa masih menjadi tantangan besar bagi negara tersebut.

Gempa dini hari itu kembali menjadi peringatan keras bahwa Afghanistan masih jauh dari kesiapan menghadapi bencana alam. Di tengah keterbatasan sumber daya dan kondisi politik yang tidak stabil, keselamatan warga tetap bergantung pada kesadaran masyarakat serta kesiapsiagaan komunitas lokal dalam menghadapi guncangan berikutnya. []

Diyan Febriana Citra.

Bagikan:
Internasional