Tekanan Massa Paksa Presiden Serbia Sepakati Pemilu Dipercepat

Tekanan Massa Paksa Presiden Serbia Sepakati Pemilu Dipercepat

Bagikan:

BELGRADE – Krisis politik di Serbia semakin mencuat setelah Presiden Aleksandar Vucic menyetujui tuntutan demonstran untuk mempercepat pelaksanaan pemilihan umum yang semula dijadwalkan pada 2027. Keputusan itu diumumkan setelah aksi besar-besaran menentang pemerintah mengguncang ibu kota Belgrade akhir pekan lalu.

“Pemilu akan diadakan sebelum akhir masa jabatan,” kata Vucic dalam konferensi pers pada Minggu (02/11/2025) malam waktu setempat. “Waktu pastinya akan diputuskan oleh lembaga yang berwenang,” lanjutnya, dikutip dari Financial Times.

Pernyataan tersebut muncul di tengah tekanan publik yang meningkat. Puluhan ribu warga Serbia turun ke jalan untuk menuntut perubahan politik dan menolak gaya kepemimpinan Vucic yang dianggap semakin otoriter. Mereka juga menuding adanya praktik korupsi di lingkaran kekuasaan.

Aksi protes Minggu lalu berlangsung ricuh, hanya sehari setelah peringatan setahun tragedi robohnya atap stasiun kereta di Novi Sad yang menewaskan 16 orang. Insiden itu diyakini berkaitan dengan praktik korupsi dalam proyek infrastruktur pemerintah. Sejak saat itu, demonstrasi berkembang menjadi gelombang perlawanan terbesar terhadap pemerintahan Vucic dalam satu dekade terakhir.

Gerakan mahasiswa Generasi Z (Gen Z) kini menjadi wajah baru oposisi. Mereka tengah menyusun daftar calon presiden untuk menantang Partai Progresif Serbia (SNS) yang dipimpin Vucic.

“(Vucic) memang jago ngomong, tetapi sampai kami melihat pemilu dilaksanakan, tuntutan kami belum terpenuhi,” ujar juru bicara mahasiswa, Milutin Miljanic.

Miljanic menegaskan bahwa kelompoknya siap menghadapi pemilu kapan pun. “Kami siap, pemilu bisa digelar minggu depan, kami siap untuk pemilu,” tegasnya. Survei terkini menunjukkan dukungan terhadap gerakan mahasiswa dan koalisi oposisi bersatu mencapai lebih dari 40 persen, mengungguli SNS sekitar 10 poin.

Meski demikian, ajudan dekat Vucic menegaskan belum ada keputusan resmi soal tanggal pemilu. “Dia menyatakan bahwa pemilu bisa lebih awal dari rencana, tetapi belum ada pengumuman resmi,” ujarnya. “Saya kira tidak lebih cepat dari akhir tahun depan.”

Analis politik menilai langkah Vucic sebagai strategi bertahan di tengah tekanan publik yang kian besar. Helena Ivanov, peneliti di Henry Jackson Society London, menyebut Vucic tengah “bergerak dari satu krisis ke krisis lain tanpa strategi jangka panjang.” Menurutnya, pola serupa pernah digunakan presiden untuk mengulur waktu dan mempertahankan kekuasaan.

Dukungan terhadap gerakan perlawanan terus mengalir. Atlet tenis ternama Novak Djokovic bahkan ikut menyuarakan dukungannya kepada para demonstran. “Pemilu benar-benar satu-satunya jalan keluar dari kebuntuan ini,” ujar analis politik Milos Damnjanovic dari lembaga BIRN di Belgrade. “Segala hal di luar itu hanyalah perang politik yang sia-sia.” []

Diyan Febriana Citra.

Bagikan:
Internasional