JAKARTA – Ketegangan geopolitik antara Rusia dan Amerika Serikat (AS) kembali meningkat setelah Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan pejabat seniornya untuk menyiapkan proposal terkait kemungkinan dimulainya kembali uji coba senjata nuklir. Langkah tersebut diumumkan pada Rabu (05/11/2025), menandai potensi kembalinya era perlombaan senjata nuklir yang belum terjadi sejak runtuhnya Uni Soviet pada 1991.
Instruksi Putin itu muncul sebagai tanggapan atas pengumuman Presiden AS Donald Trump pekan lalu, yang menyatakan bahwa Washington akan kembali melakukan uji coba nuklir. Keputusan Trump langsung memicu kekhawatiran global, terutama di tengah hubungan dingin antara tiga kekuatan besar dunia AS, Rusia, dan China.
“Saya menginstruksikan Kementerian Luar Negeri, Kementerian Pertahanan, dinas khusus, dan lembaga sipil terkait untuk melakukan segala upaya guna mengumpulkan informasi tambahan mengenai masalah ini, menganalisisnya di Dewan Keamanan, dan menyusun proposal yang disepakati mengenai kemungkinan dimulainya persiapan uji coba senjata nuklir,” kata Putin dalam pidato yang disiarkan televisi nasional, sebagaimana dikutip Reuters.
Instruksi itu disampaikan dalam rapat Dewan Keamanan Rusia setelah Ketua Parlemen Vyacheslav Volodin menanyakan rencana Moskow menanggapi kebijakan nuklir baru AS. Pertanyaan tersebut memicu perdebatan serius di antara pejabat tinggi pertahanan dan keamanan Rusia.
Menteri Pertahanan Andrei Belousov menilai, langkah AS harus segera dijawab dengan persiapan uji coba nuklir skala penuh. “Pernyataan dan tindakan AS baru-baru ini menunjukkan bahwa disarankan untuk segera mempersiapkan uji coba nuklir skala penuh,” ujarnya. Ia menambahkan bahwa situs uji coba di Novaya Zemlya, Arktik Rusia, dapat disiapkan dalam waktu singkat.
Senada, Kepala Staf Umum Militer Rusia, Jenderal Valery Gerasimov, menegaskan pentingnya langkah cepat. “Jika kita tidak mengambil langkah-langkah yang tepat sekarang, waktu dan kesempatan untuk merespons tindakan Amerika Serikat secara tepat waktu akan hilang,” katanya.
Rusia, bersama AS, masih menjadi dua negara dengan jumlah hulu ledak nuklir terbanyak di dunia, menurut Federasi Ilmuwan Amerika. Namun, sejak 1991, Moskow belum pernah melakukan uji coba eksplosif. Satu-satunya negara yang melakukannya di abad ke-21 adalah Korea Utara.
Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov menyatakan bahwa Putin belum memberikan batas waktu penyusunan proposal tersebut. “Untuk mencapai kesimpulan tentang kelayakan memulai persiapan uji coba semacam itu, dibutuhkan waktu yang sama persis dengan waktu yang dibutuhkan bagi kita untuk sepenuhnya memahami niat Amerika Serikat,” ujarnya kepada TASS.
Sementara itu, para pengamat memperingatkan bahwa kebijakan uji coba baru, baik oleh AS maupun Rusia, dapat menghidupkan kembali bayang-bayang Perang Dingin serta menimbulkan risiko besar bagi keamanan global dan lingkungan hidup. []
Diyan Febriana Citra.

