Kapal Induk Raksasa AS Tiba di Karibia, Venezuela Siaga Militer

Kapal Induk Raksasa AS Tiba di Karibia, Venezuela Siaga Militer

Bagikan:

WASHINGTON – Pengerahan kapal induk terbesar di dunia milik Amerika Serikat (AS), USS Gerald R Ford, ke wilayah Komando Selatan Angkatan Laut AS menandai babak baru ketegangan militer di kawasan Amerika Latin dan Karibia. Kapal perang raksasa tersebut tiba pada Selasa (11/11/2025) dan langsung memicu kekhawatiran sejumlah negara, terutama Venezuela.

Langkah ini disebut sebagai bagian dari operasi militer Washington untuk memerangi perdagangan narkoba di kawasan. Namun, di sisi lain, banyak pengamat menilai pengerahan itu memperlihatkan strategi militer yang lebih luas dari AS di wilayah barat.

Juru bicara Pentagon, Sean Parnell, menegaskan bahwa kehadiran kapal induk itu akan memperkuat kemampuan AS dalam menghadapi ancaman lintas batas.

“Kehadiran kapal ini akan meningkatkan kemampuan kami untuk mendeteksi, memantau, dan mengganggu aktivitas pelaku kejahatan yang membahayakan keselamatan dan kemakmuran Tanah Air serta keamanan kawasan Barat,” kata Parnell, dikutip dari AFP.

Menurut Parnell, operasi tersebut merupakan bagian dari kampanye militer pemerintahan Presiden Donald Trump yang menargetkan penyelundupan narkotika di Karibia dan Pasifik Timur. Sejumlah jet tempur F-35 juga dikerahkan ke Puerto Rico, sementara enam kapal perang lainnya berlayar menuju perairan Karibia.

Namun, di Caracas, langkah itu justru memantik kekhawatiran. Pemerintah Venezuela mencurigai pengerahan kapal induk dan armada tempur tersebut sebagai bentuk tekanan politik terhadap Presiden Nicolas Maduro. Caracas menilai, Washington tengah mencari pembenaran untuk melakukan intervensi militer.

Maduro menuduh AS berupaya menggulingkan pemerintahannya melalui operasi terselubung. Meskipun Trump sempat menyatakan bahwa perang dengan Venezuela kecil kemungkinannya terjadi, ia juga menegaskan bahwa “masa pemerintahan Maduro tinggal menghitung hari.”

Data resmi menunjukkan, sejak awal September, militer AS telah menyerang sekitar 20 kapal di perairan internasional kawasan, yang menewaskan sedikitnya 76 orang. Namun, hingga kini, Washington belum menunjukkan bukti kuat bahwa kapal-kapal tersebut digunakan untuk menyelundupkan narkoba.

Menanggapi tekanan tersebut, Venezuela mengumumkan pengerahan militer besar-besaran pada hari yang sama. Menteri Pertahanan Vladimir Padrino mengatakan, sebanyak 200.000 personel dikerahkan untuk memperkuat pertahanan nasional.

“Negara ini terus dijaga, dilindungi, dan dipertahankan,” ujarnya.

Padrino juga mengecam operasi militer AS yang dinilainya melanggar hukum internasional. “Mereka membunuh orang-orang tak bersenjata, baik itu pengedar narkoba atau bukan,” tegasnya.

Para analis militer menilai, meski Venezuela menunjukkan sikap keras, kondisi persenjataan dan kedisiplinan militernya kini melemah, membuat posisi negara itu rapuh jika konfrontasi terbuka benar-benar terjadi. []

Diyan Febriana Citra.

Bagikan:
Internasional