JAKARTA — Upaya memperkuat nilai moderasi beragama dan kepedulian lingkungan kembali ditegaskan Menteri Agama Nasaruddin Umar dalam sebuah acara peluncuran buku yang digelar di Jakarta, Jumat (14/11/2025). Melalui forum tersebut, Nasaruddin menekankan bahwa ekoteologi dan kerukunan sosial harus dipandang sebagai pondasi penting dalam membangun masa depan Indonesia yang lebih berkelanjutan.
Dalam sambutannya, Menag menegaskan bahwa isu lingkungan dan kerukunan tidak dapat dipisahkan. Keduanya, kata dia, saling menguatkan dan menjadi tanggung jawab bersama seluruh elemen bangsa.
“Ekoteologi membahas bagaimana membangkitkan kesadaran bersama secara global untuk memelihara dan merawat lingkungan. Semakin sehat lingkungan ini, semakin besar pula kontribusinya bagi kesehatan manusia itu sendiri,” ujar Nasaruddin.
Peluncuran buku Ekoteologi, Peta Jalan Moderasi Beragama, dan Trilogi Kerukunan oleh Badan Moderasi Beragama dan Pengembangan SDM Kemenag menjadi momentum bagi kementerian untuk memetakan arah kebijakan ke depan. Nasaruddin menilai kerukunan merupakan syarat mutlak bagi keberhasilan pembangunan nasional. Menurutnya, segala capaian pembangunan tidak akan memiliki nilai tanpa harmoni sosial.
“Kerukunan tanpa lingkungan yang sehat tidaklah sempurna, demikian pula lingkungan yang sehat tanpa kerukunan juga tidak ada artinya,” tambahnya.
Untuk memperkuat dua pilar tersebut, pemerintah tengah menyiapkan Kurikulum Cinta yang nantinya diterapkan pada jalur pendidikan di bawah Kementerian Agama. Nasaruddin menyebut kebijakan berbasis nilai kasih sayang diyakini mampu mendorong perilaku sosial yang lebih produktif, konstruktif, dan inklusif. Ia menegaskan bahwa keberagaman budaya, agama, dan sumber daya alam yang dimiliki Indonesia harus dirawat sebagai wujud rasa syukur. “Kekayaan ini harus dinikmati, disyukuri, dan dipelihara. Itu yang paling penting,” katanya.
Menag menjelaskan bahwa implementasi nilai ekoteologi dan Kurikulum Cinta akan mulai dirancang untuk diterapkan sejak tingkat pendidikan anak usia dini hingga perguruan tinggi. Tujuannya agar generasi muda sejak dini memahami pentingnya menjaga lingkungan dan merawat kerukunan.
Lebih jauh, Nasaruddin mengungkapkan bahwa konsep ekoteologi yang kini digagas Indonesia bahkan telah menarik perhatian komunitas internasional. Dalam pertemuan di Vatikan, tema tersebut menjadi pembahasan penting.
“Bahkan Paus Leo XIV pun menilai betapa pentingnya menjadikan isu lingkungan sebagai isu kemanusiaan yang harus diprioritaskan. Di PBB, kita juga melihat pernyataan-pernyataan terakhir yang menunjukkan kesadaran besar akan pentingnya merawat lingkungan melalui bahasa agama,” tuturnya.
Melalui pengarusutamaan ekoteologi dan kerukunan, Kemenag berharap arah pembangunan nasional berjalan lebih selaras dengan kebutuhan lingkungan dan kemanusiaan, sekaligus memperkokoh pondasi sosial bangsa. []
Diyan Febriana Citra.

