CANBERRA – Pemerintah Australia mengambil langkah cepat pada awal pekan ini setelah temuan serat asbes beracun di sejumlah fasilitas bermain anak memicu kekhawatiran publik. Temuan tersebut membuat aktivitas belajar mengajar di puluhan sekolah terpaksa dihentikan sementara pada Senin (17/11/2025).
Otoritas pendidikan di Canberra, ibu kota Australia, mengonfirmasi bahwa sebanyak 71 sekolah dihentikan operasionalnya setelah pemeriksaan laboratorium mengidentifikasi adanya kontaminasi asbes pada pasir dekoratif yang digunakan di area bermain. Kebijakan ini diambil untuk memastikan keselamatan pelajar dan tenaga pendidik sebelum aktivitas kembali dilanjutkan.
Dalam keterangan resminya, pihak departemen pendidikan menegaskan keputusan itu diambil berdasarkan pertimbangan keselamatan jangka panjang.
“Sejalan dengan kewajiban regulasi kami, dan demi keselamatan para siswa, staf, serta komunitas, kami memutuskan untuk menutup sejumlah sekolah yang menggunakan produk ini untuk memungkinkan penilaian, pembersihan, dan remediasi dilakukan,” bunyi pengumuman tersebut.
Asbes yang ditemukan adalah jenis chrysotile, salah satu tipe asbes berserat halus yang dulunya umum dipakai dalam industri konstruksi karena kemampuannya menahan panas. Meski demikian, pemakaian asbes telah lama diperdebatkan karena sejumlah riset medis menunjukkan hubungan kuat antara paparan jangka panjang chrysotile dan risiko kanker paru-paru.
Pengawas keselamatan produk Australia menjelaskan bahwa hasil pemeriksaan sementara tidak menemukan serat asbes yang berpotensi terhirup manusia. Karena itu, risiko kesehatan dinilai masih dalam kategori rendah.
“Pelepasan serat asbes yang dapat terhirup kecil kemungkinannya terjadi dalam kondisi saat ini, kecuali pasir tersebut diproses secara mekanis seperti dihancurkan atau digiling,” ujar lembaga tersebut.
Dalam pernyataan lanjutan, pengawas keselamatan menegaskan kembali bahwa peluang serat tersebut berubah menjadi partikel udara yang membahayakan relatif minim. “Risiko bahwa asbes yang ditemukan dapat menjadi udara atau cukup halus untuk terhirup dinilai rendah,” demikian penjelasannya.
Meski otoritas menilai ancaman bagi kesehatan masih terbatas, pemerintah daerah tetap memilih tindakan pencegahan ketat. Penutupan sekolah dilakukan sambil menunggu proses penilaian total di seluruh lokasi, termasuk pembersihan menyeluruh dan penggantian material pasir yang diduga terkontaminasi.
Situasi ini turut memunculkan diskusi publik soal penggunaan asbes dalam berbagai produk sehari-hari, termasuk alasan beberapa negara seperti Indonesia masih mengizinkan penggunaannya meski sudah dilarang di puluhan yurisdiksi lain. Namun pemerintah Australia memastikan bahwa setiap potensi risiko di sekolah-sekolah akan ditangani secara transparan dan sesuai standar kesehatan modern. []
Diyan Febriana Citra.

