WASHINGTON – Ketegangan antara Amerika Serikat dan Venezuela kembali mencuat setelah Presiden AS Donald Trump menyampaikan kesediaannya untuk bertemu langsung dengan Presiden Venezuela, Nicolas Maduro. Pertemuan itu disebutkan untuk membahas meningkatnya risiko eskalasi militer di kawasan Karibia yang dipicu tuduhan AS mengenai aktivitas kartel narkoba.
Dalam konferensi pers di Oval Office, Trump menyatakan bahwa komunikasi langsung antara kedua pemimpin bukanlah hal yang mustahil. “Saya akan bicara dengannya pada waktu tertentu,” ujarnya, Selasa (18/11/2025). Meski demikian, Trump tetap mempertahankan sikap keras terhadap pemerintahan Maduro yang selama bertahun-tahun dituding Washington terlibat dalam jaringan narkotika internasional.
Sebelumnya, ketegangan memuncak setelah Trump memerintahkan operasi terhadap sebuah kapal yang menurutnya membawa narkoba dari Venezuela menuju AS. Langkah tersebut memicu kemarahan Caracas, yang menilai tindakan itu sebagai upaya terselubung untuk mengintervensi urusan internal negara tersebut. Washington bahkan menambah jumlah pasukan di wilayah Karibia, dengan alasan memperkuat operasi melawan penyelundupan narkoba yang diklaim melibatkan negara-negara Amerika Latin, termasuk Venezuela dan Meksiko.
Ketegangan diplomatik itu diperburuk oleh pernyataan Trump yang tidak mengesampingkan opsi pengerahan pasukan darat ke wilayah Venezuela.
“Tidak, saya tidak mengesampingkan itu (penempatan pasukan darat di Venezuela). Saya tidak mengesampingkan apa pun,” tegasnya ketika ditanya tentang potensi operasi militer langsung.
Pemerintahan Maduro menanggapi langkah AS dengan tudingan keras. Caracas menilai Washington tengah berupaya menggulingkan pemerintah Venezuela melalui tekanan militer. Mereka menyebut kehadiran armada kapal induk, kapal perang, dan jet tempur AS sebagai bentuk agresi terbuka. Sebaliknya, AS menuduh Maduro dan lingkaran kekuasaannya memimpin “kartel narkoba teroris” yang disebut-sebut mengancam keamanan regional.
Tidak hanya Venezuela yang menjadi sorotan, Trump juga menyinggung Meksiko dalam keterangannya. Ia menilai pemerintah Meksiko tidak cukup tegas memberantas kartel narkoba yang beroperasi di wilayah perbatasan. Ketika ditanya soal kemungkinan melancarkan operasi antinarkoba ke negara tetangganya itu, Trump menjawab dengan nada terbuka.
“Apakah saya akan meluncurkan serangan untuk menghentikan narkoba? Saya tidak keberatan. Apa pun yang harus kita lakukan untuk menghentikan narkoba,” ujarnya.
Trump bahkan menyiratkan bahwa kemungkinan itu sepenuhnya masih berada dalam pertimbangan strategis pemerintahannya. “Saya tidak bilang saya melakukannya, tapi saya akan dengan senang hati melakukannya. Karena kita akan menyelamatkan nyawa jutaan orang dengan cara itu,” pungkasnya.
Situasi ini membuat kawasan Amerika Latin berada dalam kondisi yang rawan gesekan, mengingat hubungan AS baik dengan Venezuela maupun Meksiko sedang berada pada titik krusial. Hingga kini, belum ada kepastian apakah rencana pertemuan Trump dan Maduro benar-benar akan difasilitasi, namun pernyataan kedua pihak menunjukkan ketidakstabilan yang masih berpotensi berkembang menjadi konflik terbuka. []
Diyan Febriana Citra.

