ISTANBUL – Upaya diplomatik untuk meredakan ketegangan antara Rusia dan Ukraina kembali menjadi sorotan setelah Presiden Turkiye Recep Tayyip Erdogan dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky bertemu di Ankara pada Rabu (19/11/2025). Pertemuan tersebut menegaskan peran Turkiye sebagai salah satu negara yang konsisten mendorong jalur dialog di tengah konflik berkepanjangan.
Dalam konferensi pers bersama, Erdogan menekankan perlunya menghidupkan kembali proses negosiasi yang beberapa tahun sebelumnya sempat berlangsung di Istanbul. Ia menilai forum tersebut masih memiliki potensi sebagai wadah yang mampu mengakomodasi kepentingan kedua pihak untuk mencapai penghentian kekerasan. “Akan bermanfaat bagi proses Istanbul untuk diaktifkan kembali dengan kerangka kerja komprehensif yang dapat menangani masalah-masalah yang kini semakin mendesak ini,” ujarnya.
Menurut Erdogan, momentum diplomasi tidak boleh dibiarkan berhenti. Ia bahkan menegaskan kesiapan Turkiye untuk menjembatani berbagai usulan baru dari Rusia jika hal itu dapat mempercepat tercapainya gencatan senjata. Ia menyatakan, “Türkiye siap untuk membahas bersama Rusia ‘setiap proposal yang dapat mempercepat gencatan senjata dan membuka jalan menuju perdamaian yang adil dan bertahan lama,’” sambil mengajak seluruh negara pendukung perdamaian untuk bersikap konstruktif.
Meskipun beberapa putaran dialog sebelumnya belum membuahkan hasil signifikan, seperti perundingan di Istanbul pada 23 Juli 2025 yang hanya menghasilkan kesepakatan pertukaran tawanan Erdogan tetap optimistis bahwa diplomasi adalah satu-satunya jalan untuk mengakhiri konflik. Upaya pertukaran tawanan itu sendiri menjadi salah satu agenda penting yang terus didorong kedua negara.
Presiden Zelensky, dalam kesempatan yang sama, menyampaikan harapan bahwa proses pertukaran tawanan dapat kembali dilakukan sebelum akhir tahun. Baginya, Turkiye telah memainkan peran strategis dalam isu tersebut. “Turkiye memberikan dukungan yang kuat dalam hal ini,” kata Zelensky, menegaskan bahwa Kyiv memiliki kepercayaan pada kemampuan Turkiye untuk menjembatani komunikasi dengan Moskow.
Zelensky juga menyampaikan apresiasi atas konsistensi Turkiye sejak awal pecahnya perang. Ia menilai posisi Ankara yang tetap terbuka kepada kedua pihak tanpa meninggalkan prinsip telah memberi nilai penting bagi Ukraina. “Posisi prinsip Turkiye dalam perang terhadap Rusia sangat penting bagi Ukraina,” ungkapnya. Ia juga menyampaikan terima kasih atas “kerja sama Turkiye yang membantu melindungi nyawa, serta sikap jelas Turkiye terhadap semua aspek kunci” dalam konflik yang terus berlangsung.
Pertemuan di Ankara ini memperlihatkan bahwa Turkiye tidak hanya berupaya menjaga pengaruhnya dalam geopolitik kawasan, tetapi juga ingin menjadi jembatan bagi resolusi damai yang semakin dibutuhkan dunia internasional. Dengan menghidupkan kembali proses Istanbul, Ankara berusaha menegaskan kembali perannya sebagai mediator yang dapat diterima kedua belah pihak.
Di tengah konflik yang telah berlarut-larut tanpa tanda-tanda mereda, inisiatif diplomatik semacam ini menjadi salah satu harapan agar perundingan dapat berjalan kembali. Baik Turkiye maupun Ukraina sama-sama menyatakan kesiapan melangkah menuju langkah berikutnya, sementara dunia menantikan apakah upaya ini dapat membuka lembaran baru menuju perdamaian yang lebih stabil. []
Diyan Febriana Citra.

