JAKARTA – Aktivitas kegempaan di wilayah Nusa Tenggara Timur kembali tercatat pada Sabtu (22/11/2025) pagi. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan satu gempa bumi tektonik dengan magnitudo 4,1 mengguncang kawasan Kabupaten Lembata pada pukul 05.56 WIB. Meski kekuatannya tergolong ringan, gempa ini tetap menjadi perhatian mengingat karakteristik wilayah NTT yang berada di zona subduksi aktif.
Dalam laporan awalnya, BMKG menyebut pusat gempa berada 78 kilometer di tenggara Lembata, tepatnya pada koordinat 8,97 derajat Lintang Selatan dan 123,99 derajat Bujur Timur.
“Gempa Mag:4.1, 22-Nov-2025 05:56:22WIB, Lok:8.97LS, 123.99BT (78 km Tenggara LEMBATA-NTT), Kedlmn:62 Km,” tulis akun X @infoBMKG dikutip Sabtu pagi. Gempa ini memiliki kedalaman 62 kilometer, menunjukkan bahwa peristiwa tersebut termasuk kategori gempa menengah.
Hingga laporan ini disampaikan, tidak ada informasi mengenai kerusakan bangunan maupun korban jiwa. Meski demikian, BMKG tetap mengimbau masyarakat agar tetap waspada terhadap potensi gempa lanjutan.
“Disclaimer: Informasi ini mengutamakan kecepatan, sehingga hasil pengolahan data belum stabil dan bisa berubah seiring kelengkapan data,” tulis BMKG melalui keterangan resmi.
Sejumlah daerah di sekitar episenter memang kerap merasakan getaran gempa dari aktivitas tektonik Lempeng Indo-Australia yang terus bergerak dan berinteraksi dengan Lempeng Eurasia. Fenomena ini menyebabkan NTT berada dalam jalur rawan gempa yang memerlukan pemantauan berkelanjutan. Walaupun getaran magnitudo 4,1 umumnya tidak menimbulkan kerusakan signifikan, respons cepat BMKG dan pemerintah daerah tetap penting untuk memastikan kondisi masyarakat tetap aman.
Di sisi lain, masyarakat di wilayah NTT sudah terbiasa dengan prosedur kesiapsiagaan menghadapi bencana. Sejumlah warga Lembata menyatakan bahwa getaran terasa singkat dan tidak menimbulkan kepanikan. Situasi di permukiman pun dilaporkan normal, aktivitas warga berjalan seperti biasa, dan layanan publik tetap beroperasi.
Lembata sendiri memiliki catatan kegempaan cukup panjang, termasuk gempa-gempa kecil yang terjadi berkala setiap bulan. Para ahli geologi menilai pola ini sebagai aktivitas alami yang mencerminkan pergerakan bumi di sekitar sistem sesar lokal maupun zona subduksi. Namun, mereka menekankan pentingnya kewaspadaan karena gempa kecil dapat menjadi bagian dari rangkaian aktivitas sebelum kejadian yang lebih besar, meskipun tidak selalu demikian.
Gempa yang terjadi di Lembata pagi ini juga menambah daftar rangkaian aktivitas kegempaan di Indonesia dalam beberapa hari terakhir. Pada wilayah lain, gempa magnitudo serupa juga dilaporkan mengguncang daerah pesisir selatan di waktu yang hampir berdekatan. Hal ini semakin mengingatkan masyarakat bahwa Indonesia berada di kawasan Cincin Api Pasifik, yang menjadi jalur pertemuan lempeng-lempeng besar dunia.
Dengan data yang terus dimutakhirkan, BMKG memastikan pemantauan terhadap gempa susulan akan dilakukan secara menyeluruh. Masyarakat diimbau untuk tetap mengikuti informasi resmi dari kanal BMKG dan tidak terpengaruh oleh kabar yang belum terverifikasi. Respons cepat, pemahaman mitigasi bencana, dan kepatuhan terhadap arahan pihak berwenang menjadi kunci pengurangan risiko di wilayah rawan gempa seperti Lembata. []
Diyan Febriana Citra.

