WASHINGTON – Ketegangan diplomatik antara Ukraina dan Rusia kembali menjadi sorotan setelah Amerika Serikat (AS) menyampaikan secara resmi sebuah proposal perdamaian yang dirancang untuk menghentikan konflik berkepanjangan di Eropa Timur. Presiden AS Donald Trump, yang berupaya menempatkan Washington sebagai fasilitator utama perdamaian, memberikan tenggat waktu kepada Ukraina hingga 27 November 2025 untuk merespons dokumen berisi 28 poin yang mereka ajukan.
Dalam wawancara eksklusif dengan Fox Radio pada Jumat (21/11/2025), Trump menjelaskan bahwa batas waktu tersebut masih dapat berubah, namun tetap menjadi acuan utama bagi Washington.
“Saya sudah punya banyak tenggat waktu, tetapi jika semuanya berjalan lancar, kita cenderung memperpanjang tenggat waktu. Namun, Kamis (27/11/2025), menurut kami, adalah waktu yang tepat,” ujar Trump sebagaimana dikutip AFP, Sabtu (22/11/2025).
Rancangan perdamaian yang disusun AS itu memuat sejumlah klausul yang sejak awal menimbulkan perdebatan di Kyiv. Berdasarkan dokumen tersebut, Ukraina diminta menyerahkan sebagian wilayah di kawasan timur kepada Rusia serta melakukan pengurangan signifikan terhadap jumlah personel militernya. Selain itu, Kiyv harus berkomitmen untuk tidak bergabung dengan NATO di masa mendatang.
Proposal itu juga menegaskan bahwa Ukraina tidak akan memperoleh pasukan penjaga perdamaian dari negara-negara Barat sebagaimana pernah diminta. Meski demikian, pesawat tempur dari Eropa direncanakan akan ditempatkan di Polandia sebagai bentuk perlindungan udara terhadap wilayah Ukraina.
Trump dalam pernyataannya menyebut bahwa jika konflik terus berlangsung, Ukraina pada akhirnya akan menghadapi kenyataan yang sama, yakni kehilangan wilayah yang kini menjadi bagian dari draf perdamaian. Menurutnya, situasi tersebut harus dipertimbangkan secara matang oleh pemerintah Ukraina. “Katakan apa yang Anda inginkan, mereka sangat berani,” katanya merujuk pada keberanian pasukan Ukraina yang terus memerangi Rusia di garis depan.
Di sisi lain, Trump juga menyinggung soal kemungkinan langkah lanjutan dari Presiden Rusia Vladimir Putin. Ketika ditanya apakah Putin berpotensi menyerang negara Eropa lainnya, Trump menjawab bahwa pemimpin Kremlin itu tidak sedang mencari konfrontasi baru. “Presiden Rusia Vladimir Putin tidak menginginkan perang lagi,” kata Trump. Ia bahkan menilai bahwa Putin “menerima hukuman” atas konflik yang telah berlangsung hampir empat tahun dan seharusnya, menurut Trump, “hanya perang satu hari.”
Hingga kini, Ukraina belum memberikan komentar resmi terkait batas waktu yang ditetapkan AS, sementara Rusia menyatakan belum mengetahui apakah Presiden Volodymyr Zelensky bersedia membahas rencana tersebut. []
Diyan Febriana Citra.

