JAKARAT – Keputusan Dewan Keamanan PBB yang menyetujui proposal perdamaian Hamas–Israel kembali memicu beragam respons dari komunitas internasional, termasuk dari Iran. Proposal yang diajukan Presiden Amerika Serikat Donald Trump itu mencakup rencana penempatan pasukan perdamaian di Gaza sebagai langkah awal menuju stabilisasi kawasan setelah berbulan-bulan dilanda konflik berkepanjangan.
Namun, pemerintah Iran mengambil posisi berbeda dalam menanggapi opsi pengerahan pasukan perdamaian tersebut. Duta Besar Iran untuk Indonesia, Mohammad Boroujerdi, menegaskan bahwa Teheran tidak memiliki niat untuk mengirim pasukan apa pun ke wilayah Gaza dalam skema yang diusulkan. Sikap itu ia sampaikan dalam kunjungannya ke Pameran Arsip Iran–Indonesia di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Rabu (26/11/2025).
“Tidak, Iran tidak tertarik mengirim pasukan perdamaian ke Gaza. Sebab kami yakin sebelum ada aktivitas perdamaian apa pun, kami harus memikirkan hak hidup rakyat Palestina,” kata Boroujerdi.
Pernyataan tersebut mencerminkan pendekatan Iran yang menempatkan isu kemanusiaan Palestina sebagai prioritas utama, sekaligus memberi sinyal bahwa upaya perdamaian tidak dapat hanya disandarkan pada penempatan pasukan asing semata. Menurut Boroujerdi, penghentian kekerasan dan penghormatan terhadap kedaulatan rakyat Palestina harus menjadi dasar yang tidak dapat ditawar.
Boroujerdi menambahkan bahwa Iran menghargai setiap upaya internasional untuk menghentikan kekejaman di Gaza. “Pemerintah Iran sangat mengapresiasi setiap upaya yang dilakukan untuk menghentikan genosida dan pertumpahan darah di Gaza,” ujarnya. Ia menegaskan bahwa dukungan Iran selalu diberikan kepada inisiatif global yang berupaya mewujudkan stabilitas dan keamanan.
Namun demikian, ia mengingatkan bahwa perdamaian sejati hanya akan tercapai jika rakyat Palestina memiliki ruang untuk menentukan masa depan mereka sendiri.
“Namun, kami yakin harus ada perdamaian sesungguhnya di Palestina. Kita harus menjaga hak rakyat Palestina untuk memilih apa yang mereka inginkan, memilih pemerintahan seperti apa yang mereka inginkan, serta mengakhiri genosida. Ini hal yang sangat penting,” ungkapnya.
Dubes Boroujerdi juga menyoroti tantangan terbesar dalam mewujudkan dialog damai, yakni keberadaan kekuatan asing yang masih menguasai wilayah Palestina. Menurutnya, selama kondisi ini belum berubah, keberlanjutan proses perdamaian akan sulit dicapai.
“Jika ada pihak lain yang mendiami tanah air seseorang, maka sulit untuk berbicara soal perdamaian,” ujarnya.
Meski begitu, ia tetap berharap upaya diplomasi internasional tidak berhenti dan pembicaraan damai dapat berlanjut tanpa menambah korban jiwa.
“Tapi kami harap perdamaian akan berlanjut dan tidak ada lagi orang yang terbunuh di Palestina dan di belahan dunia mana pun,” pungkasnya.
Pernyataan Iran ini menjadi salah satu suara penting di tengah dinamika geopolitik kawasan Timur Tengah. Dengan penekanan pada hak rakyat Palestina dan penghentian kekerasan, sikap Teheran menambah dimensi baru dalam diskusi mengenai masa depan Gaza dan mekanisme perdamaian yang efektif. []
Diyan Febriana Citra.

