JAKARTA – Ketegangan di kawasan industri Donbas kembali meningkat setelah pemerintah Rusia menyampaikan klaim terbaru terkait situasi di kota Pokrovsk. Pernyataan itu disampaikan langsung oleh Presiden Rusia Vladimir Putin dalam konferensi pers di Kirgistan, Kamis (27/11/2025), yang menyoroti perkembangan signifikan di garis depan pertempuran.
Dalam pernyataannya, Putin menyebut bahwa kota yang sebelumnya dihuni sekitar 60.000 jiwa itu kini berada dalam posisi terkepung. Rusia menyebut Pokrovsk sebagai Krasnoarmeysk, dan menyatakan bahwa pasukan mereka telah menguasai sebagian besar wilayah tersebut.
“Krasnoarmeysk dan Dimitrov (Myrnohrad) sepenuhnya dikepung,” kata Putin. Ia juga mengeklaim bahwa 70 persen wilayah Pokrovsk telah berada di bawah kendali militer Rusia.
Pokrovsk, yang kerap digambarkan sebagai salah satu titik paling strategis di Donbas, dianggap memiliki nilai logistik penting untuk jalur distribusi Ukraina. Moskow bahkan menyebut kota tersebut sebagai “gerbang menuju Donetsk”, menandakan posisinya yang vital untuk membuka akses ke Kramatorsk dan Sloviansk dua wilayah besar yang masih dipertahankan Ukraina.
Dalam operasi terbarunya, Rusia tidak memilih strategi serangan langsung, melainkan menerapkan manuver mengepung secara perlahan untuk menekan pasukan Ukraina di wilayah itu. Strategi tersebut, menurut pengamat militer, memberi waktu bagi Rusia untuk memperkuat posisi tanpa harus menanggung kerugian besar di medan tempur.
Namun, klaim dari Moskow itu langsung dibantah oleh komando Ukraina. Panglima Tertinggi Ukraina, Oleksandr Syrskyi, menyampaikan narasi berbeda mengenai situasi Pokrovsk melalui media sosial. “Perlawanan Ukraina sangat kuat sehingga Rusia terpaksa membawa pasukan cadangan ke daerah tersebut,” ujarnya. Syrskyi menegaskan bahwa pasukannya masih mampu memblokir upaya serangan terbaru Rusia, baik di Pokrovsk maupun Myrnohrad.
Kontradiksi antara pernyataan dua pihak ini muncul di tengah intensifnya upaya diplomasi internasional, khususnya dari Amerika Serikat, yang berusaha mendorong rencana perdamaian untuk mengakhiri konflik yang telah berlangsung lebih dari dua tahun. Situasi di Donbas menjadi sangat sensitif karena perkembangan militer di wilayah tersebut berpotensi mempengaruhi posisi tawar masing-masing pihak dalam negosiasi.
Peta wilayah yang dirilis kedua kubu pun menunjukkan gambaran berbeda. Peta Rusia menampilkan Pokrovsk sebagai kota yang sudah berada dalam kendali mereka sepenuhnya. Sebaliknya, peta versi Ukraina menggambarkan kota itu sebagai zona abu-abu, yakni area yang belum dikuasai secara penuh oleh pihak manapun.
Hingga kini, belum ada verifikasi independen yang dapat memastikan keadaan sebenarnya di Pokrovsk. Namun, klaim kedua pihak yang saling bertentangan menunjukkan betapa dinamis dan tidak stabilnya situasi di garis depan. Perkembangan selanjutnya akan sangat bergantung pada kemampuan kedua kubu mempertahankan posisi masing-masing serta dinamika diplomasi yang tengah berlangsung. []
Diyan Febriana Citra.

