Kemdiktisaintek Siapkan Rp500 Juta per Proposal untuk Bencana Sumatra

Kemdiktisaintek Siapkan Rp500 Juta per Proposal untuk Bencana Sumatra

Bagikan:

JAKARTA – Upaya pemerintah mempercepat penanganan darurat bencana di Sumatra memasuki fase baru setelah Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan (Ditjen Risbang) Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) mengalokasikan dukungan pendanaan skala besar bagi perguruan tinggi. Melalui program pengabdian kepada masyarakat tanggap darurat bencana Sumatra, setiap lembaga pendidikan tinggi diberikan kesempatan mengusulkan proposal penanganan hingga lima kegiatan dengan dukungan pendanaan maksimal Rp500 juta per proposal.

Kebijakan ini disusun agar perguruan tinggi dapat terjun langsung membantu masyarakat terdampak dengan intervensi yang lebih terukur. Anggaran yang disediakan bersifat fleksibel hingga 85 persen, sehingga lembaga pengusul dapat menyesuaikan rencana kegiatan dengan dinamika di lapangan. Kemdiktisaintek menegaskan pembiayaan tersebut akan diarahkan pada intervensi yang mencakup kebutuhan paling mendesak dari delapan pilar penanganan darurat.

“Program tanggap darurat bencana ini akan difokuskan pada delapan pilar utama, yaitu distribusi logistik, layanan kesehatan dan gizi, pendampingan psikososial, rehabilitasi sanitasi dan penyediaan air bersih, pendidikan darurat, pemulihan ekonomi, dukungan administrasi publik, serta mitigasi dan edukasi kebencanaan,” kata Dirjen Risbang Kemdiktisaintek, Fauzan Adziman, melalui keterangan resmi di Jakarta, Rabu (03/12/2025).

Ia menjelaskan bahwa struktur intervensi tersebut dirancang untuk merespons kondisi kritis jangka pendek sekaligus membangun fondasi pemulihan jangka panjang. Akses jalan yang rusak parah, jaringan komunikasi yang tidak stabil, serta hambatan distribusi logistik menjadi beberapa temuan lapangan yang membuat percepatan bantuan harus dilakukan secara terorganisasi.

Menurut Fauzan, asesmen lapangan menunjukkan masih banyak titik terdampak yang memerlukan penanganan lebih serius, termasuk wilayah yang harus ditempuh melalui jalur alternatif karena jalan utama terputus. Oleh karena itu, perguruan tinggi yang ditetapkan sebagai posko menjadi garda terdepan untuk memberikan dukungan berbasis keilmuan.

Dalam program ini, Kemdiktisaintek mengonsolidasikan 28 perguruan tinggi posko dan 11 perguruan tinggi pendukung. Sinergi tersebut diharapkan dapat memastikan setiap kebutuhan masyarakat, mulai dari aspek sosial hingga teknologi, tertangani secara menyeluruh.

Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek) Brian Yuliarto kembali menegaskan bahwa kampus bukan semata pusat pengembangan ilmu, melainkan bagian penting dari kekuatan sosial yang hadir di tengah masyarakat saat bencana melanda.

“Dalam situasi darurat seperti yang terjadi di Sumatra, kehadiran akademisi, peneliti, dan mahasiswa di lapangan menjadi wujud nyata bahwa ilmu, teknologi, dan inovasi harus bekerja untuk masyarakat. Kami memastikan seluruh sumber daya perguruan tinggi bergerak cepat, terkoordinasi, dan tepat sasaran,” ujar Brian Yuliarto.

Program pengabdian ini dirancang dalam dua fase. Tahap pertama, yaitu tanggap darurat, berlangsung hingga 31 Desember 2025 dan mencakup layanan logistik, kesehatan, air bersih, sanitasi, pendidikan darurat, serta pemulihan awal. Setelah itu, tahap kedua masuk pada fase pemulihan yang dimulai pada 2026, dengan fokus pada rehabilitasi, pemulihan ekonomi, serta inovasi teknologi untuk mendukung kehidupan masyarakat pascabencana.

Perguruan tinggi juga akan memperluas jangkauan posko hingga daerah terpencil di Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat. Dukungan teknologi filtrasi air, desalinasi, sanitasi portabel, serta perangkat pendukung pemulihan lainnya menjadi bagian dari intervensi yang dipersiapkan.

Untuk mempercepat implementasi, Kemdiktisaintek mengadakan Rapid Assessment berbasis Google Form serta bimbingan teknis penyusunan proposal agar proses pengajuan kegiatan dari kampus dapat berlangsung tanpa hambatan. []

Diyan Febriana Citra.

Bagikan:
Nasional