Menko Pratikno Tegaskan AI Tak Akan Gantikan Peran Guru

Menko Pratikno Tegaskan AI Tak Akan Gantikan Peran Guru

Bagikan:

JAKARTA – Di tengah pesatnya perkembangan kecerdasan artifisial (AI) yang semakin memengaruhi berbagai sektor, pemerintah menegaskan kembali posisi teknologi tersebut dalam dunia pendidikan. Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Pratikno menyatakan bahwa AI tidak dikembangkan untuk menggeser peran guru, melainkan menjadi alat bantu untuk memperkuat fungsi pendidik dalam membina karakter dan kemampuan peserta didik.

Pernyataan itu disampaikan Pratikno dalam kegiatan Talk Show MAXY Academy bersama Robotic Explorer dan Indonesia Smart Society (IS-SMART) di Kantor Kemenko PMK, Jakarta Pusat, Rabu (03/12/2025). Acara tersebut digelar bertepatan dengan peringatan Hari Guru Nasional 2025, sebuah momentum yang menurutnya tepat untuk meninjau kembali arah pendidikan Indonesia di era digital.

“Kecerdasan artifisial bukan untuk menggantikan peran guru, tetapi memperkuat kapasitas guru dalam membimbing dan membangun karakter peserta didik,” ujar Pratikno. Ia menekankan bahwa pemanfaatan AI harus ditempatkan dalam konteks peningkatan kualitas manusia, bukan sekadar inovasi teknologi.

Menurutnya, transformasi pendidikan tidak dapat dipisahkan dari perkembangan teknologi digital. Namun, ia menekankan bahwa kesiapan sumber daya manusia tetap menjadi kunci keberhasilan.

“Kunci utamanya adalah kesiapan manusia, bukan sekadar teknologinya,” kata Pratikno.

Selain pendidikan, ia menjelaskan bahwa AI juga mampu memperkuat berbagai kebijakan dan program kemanusiaan. Pemerintah melihat teknologi tersebut sebagai instrumen untuk membaca pola, melakukan prediksi, serta menyusun langkah preventif yang lebih tepat sasaran.

“Jadi mau tidak mau, kita harus memanfaatkan teknologi ini untuk kemanusiaan. Kami selalu menyampaikan, revolusi AI luar biasa untuk meningkatkan produktivitas manusia,” tuturnya.

Ia memberi contoh pemanfaatan AI dalam mitigasi bencana, layanan kesehatan jarak jauh (telemedicine), serta dukungan bagi kelompok rentan, termasuk penyandang disabilitas. Menurutnya, arah penggunaan teknologi harus berpihak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat.

“Bagaimana teknologi membantu bencana, membantu kelompok disabilitas agar bisa mengatasi kesulitan, membantu masyarakat di pinggiran untuk menikmati layanan kesehatan melalui telemedicine,” ucapnya.

Co-Founder sekaligus CEO MAXY Academy, Isaac Munandar, yang turut hadir, menilai bahwa pendidikan berbasiskan teknologi cerdas perlu diarahkan untuk memberi dampak langsung terhadap kesiapan Indonesia menghadapi 2045.

“Pendidikan teknologi cerdas harus diarahkan untuk menciptakan dampak nyata, inklusif, dan berkelanjutan bagi generasi masa depan,” ujarnya.

Isaac menambahkan bahwa kolaborasi lintas sektor menjadi fondasi penting untuk membangun ekosistem AI nasional yang kuat. Baginya, perjalanan transformasi digital tidak dapat dilakukan oleh satu institusi saja.

“Tidak ada perubahan besar yang terjadi sendirian. Hari ini kita membuktikan bahwa ketika pemerintah, industri, komunitas, dan sekolah bergerak bersama untuk masa depan pendidikan Indonesia,” pungkasnya.

Dengan berbagai pernyataan tersebut, pemerintah menegaskan arah kebijakan bahwa AI bukan ancaman bagi profesi guru, tetapi alat pendukung untuk memperkuat kualitas pendidikan menuju generasi Indonesia Emas 2045. []

Diyan Febriana Citra.

Bagikan:
Nasional