BEIJING – Kasus korupsi yang melibatkan mantan Kepala Administrasi Umum Olahraga China, Gou Zhongwen, kembali menegaskan kerasnya sikap pemerintah Beijing terhadap pelanggaran hukum oleh pejabat tinggi negara. Gou, yang setara dengan menteri olahraga, dijatuhi hukuman mati dengan penangguhan dua tahun setelah pengadilan menyimpulkan bahwa tindak pidana yang dilakukannya berdampak luas pada publik dan negara.
Informasi yang dihimpun dari Beijing, Senin (08/12/2025) menyebutkan bahwa pengadilan menilai rangkaian tindakan Gou menunjukkan penyalahgunaan wewenang yang sistematis. Ia dinyatakan bersalah menerima suap dalam jumlah “sangat besar” serta menyebabkan dampak sosial yang “sangat parah”. Otoritas kehakiman menilai kerugian terhadap negara dan kepentingan umum akibat perbuatannya “sangat signifikan”.
Putusan dibacakan Pengadilan Menengah Rakyat Yancheng, Provinsi Jiangsu. Dalam temuan majelis hakim, Gou menerima lebih dari 236 juta RMB atau sekitar 33,38 juta dolar AS suap yang diterima selama periode 2009 hingga 2024. Selama rentang waktu itu, ia menggunakan jabatan untuk membantu pengusaha tertentu, memperlancar persetujuan proyek, dan memanfaatkan posisinya demi kepentingan kelompok tertentu.
Selain hukuman mati bersyarat, Gou yang kini berusia 68 tahun juga dijatuhi pencabutan hak politik seumur hidup. Seluruh aset pribadinya disita negara. Langkah tersebut dipandang sebagai bagian dari upaya pemulihan kerugian negara sekaligus penegasan bahwa pejabat publik tidak boleh memanfaatkan jabatan demi keuntungan pribadi.
Vonis lain terhadap Gou muncul dari kasus terpisah terkait penyalahgunaan kekuasaan saat ia menjabat sebagai wakil wali kota Beijing pada 2012–2013. Dalam perkara tersebut, pengadilan menjatuhkan hukuman lima tahun penjara karena tindakannya terbukti merugikan aset publik dan bertentangan dengan kepentingan negara.
Majelis hakim kemudian menggabungkan kedua putusan tersebut sehingga menghasilkan hukuman mati dengan masa penangguhan dua tahun. Pengadilan juga memerintahkan agar seluruh keuntungan haram yang diterima Gou, termasuk bunganya, dipulihkan ke kas negara.
Menurut catatan pengadilan, Gou memperoleh keringanan karena mengakui perbuatannya, mengungkap sejumlah suap yang sebelumnya belum terdeteksi, serta mengembalikan sebagian keuntungan ilegal. Namun lembaga peradilan menegaskan bahwa “karena tingkat pelanggaran dan dampak sosial yang berat, terpidana tidak berhak memperoleh pengurangan hukuman lebih lanjut”.
Dalam sistem hukum China, vonis mati bersyarat biasanya dapat diubah menjadi hukuman penjara seumur hidup jika terpidana tidak melakukan pelanggaran baru selama masa percobaan dua tahun. Akan tetapi, pengadilan menegaskan bahwa dalam kasus Gou, peluang pengurangan hukuman tidak dapat diberikan. Dengan demikian, jika kelak vonis tersebut dikonversi menjadi hukuman penjara seumur hidup, Gou dipastikan akan menghabiskan sisa hidupnya di balik jeruji.
Gou berasal dari Provinsi Gansu dan bergabung dengan Partai Komunis China pada 1976. Karier birokratnya menanjak ketika ia menjadi wakil wali kota Beijing pada 2008, lalu diangkat menjadi Kepala Administrasi Umum Olahraga China pada 2016. Ia juga terlibat dalam berbagai posisi strategis, termasuk ketua eksekutif Komite Penyelenggara Olimpiade dan Paralimpiade Musim Dingin Beijing 2022.
Investigasi terhadap Gou dimulai pada Mei 2024. Setelah itu, ia dikeluarkan dari Partai Komunis China dan diberhentikan dari seluruh jabatan publik. Sidang terbuka kasusnya mulai digelar pada 20 Agustus 2025.
Catatan lain menunjukkan bahwa pada 2017, saat memimpin Administrasi Olahraga, Gou sempat menuai kontroversi karena melakukan intervensi terhadap kebijakan pemain U23 Liga Super China serta memecat kepala pelatih tim tenis meja nasional Liu Guoliang, langkah yang memicu protes dari para pemain. []
Diyan Febriana Citra.

