Kadin–Kemenkeu Bahas Penguatan Industri Furnitur dan Elektronik

Kadin–Kemenkeu Bahas Penguatan Industri Furnitur dan Elektronik

Bagikan:

JAKARTA – Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Anindya Novyan Bakrie menemui Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa untuk membahas strategi penguatan industri bernilai tambah tinggi di Tanah Air. Pertemuan yang berlangsung di Gedung Djuanda I Kementerian Keuangan, Jakarta, Jumat (19/12/2025), tersebut menitikberatkan pada pengembangan sektor furnitur dan elektronik, termasuk peluang Indonesia masuk ke dalam rantai pasok semikonduktor global.

Dalam pertemuan itu, Kadin menyoroti besarnya peluang ekonomi yang masih terbuka lebar bagi Indonesia, khususnya pada industri furnitur. Anindya memaparkan bahwa nilai pasar furnitur global saat ini mencapai sekitar USD300 miliar. Namun, kontribusi Indonesia baru berada di kisaran USD2,5 miliar. Meski pertumbuhan sektor ini tergolong sehat, tekanan dari produk impor dinilai mulai mempersempit surplus perdagangan furnitur nasional.

Anindya menyampaikan perlunya langkah konkret dari pemerintah, terutama dalam bentuk deregulasi dan insentif yang dapat meningkatkan daya saing pelaku usaha domestik. Fokus utama yang dibahas adalah akses pembiayaan yang lebih terjangkau agar industri furnitur dan elektronik mampu berkembang lebih cepat.

“Tadi kita mendiskusikan kira-kira deregulasi apa atau insentif apa yang bisa dilakukan. Mulai dari tadi pendanaan, kita bicara bagaimana pendanaannya, bunganya bisa lebih kecil,” ujar Anindya usai pertemuan.

Selain furnitur, pembahasan juga menyentuh sektor elektronik yang dinilai memiliki prospek strategis ke depan. Anindya mengungkapkan bahwa Indonesia mulai memasuki industri semikonduktor melalui proses hilirisasi silika. Meski demikian, pengembangan sektor ini masih menghadapi tantangan serius, terutama keterbatasan sumber daya manusia yang memiliki keahlian khusus di bidang tersebut.

Untuk menjawab tantangan itu, Kadin mengusulkan kolaborasi lintas kementerian dan lembaga, termasuk dengan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) serta Kementerian Pendidikan. Tujuannya adalah mencetak insinyur dan tenaga ahli yang mampu mengisi kebutuhan industri teknologi tinggi yang bernilai tambah besar.

Sementara itu, Ketua Umum Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) Abdul Sobur menekankan pentingnya dukungan pembiayaan berskala besar guna mendorong ekspor furnitur nasional. HIMKI menargetkan nilai ekspor mebel Indonesia dapat meningkat hingga USD6 miliar.

“Misalnya melalui LPEI, tadi ditegaskan, kita dapat kurang lebih sekitar 6 persen. Namun, volumenya dinaikin. Saat ini baru 200 miliar, mungkin kita nanti 16 triliun ya untuk bisa mendorong pertumbuhan ke 6 miliar dolar dari saat ini,” papar Abdul Sobur.

Wakil Ketua Umum Kadin Shinta Kamdani turut menegaskan bahwa dukungan pemerintah tidak hanya terbatas pada pembiayaan, tetapi juga pada pengembangan riset dan desain. Menurutnya, inovasi teknologi menjadi kunci agar industri nasional mampu bersaing di pasar global.

“Insentif-insentif apa yang bisa diberikan juga untuk pengembangan teknologi ini. Karena jelas, pemerintah juga harus hadir, tidak bisa mengandalkan hanya dari pelaku usaha,” tegas Shinta.

Terkait ketergantungan ekspor furnitur ke Amerika Serikat yang mencapai 54 hingga 60 persen, Kadin mendorong percepatan diversifikasi pasar ekspor. Langkah ini dipandang penting untuk mengantisipasi perubahan kebijakan dagang global yang dinamis.

Anindya menyatakan optimisme terhadap peran pemerintah, khususnya Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, dalam menjaga dan memperluas perjanjian dagang internasional. Sementara itu, Shinta menyoroti pentingnya memaksimalkan kerja sama perdagangan dengan kawasan lain seperti Kanada dan Uni Eropa.

“Diversifikasi pasar kan memang harus dilakukan, baik itu tradisional maupun non-tradisional. Tapi dengan adanya perjanjian-perjanjian dagang ini, ini benar-benar bisa diutilisasi,” tutup Shinta.

Kadin menilai Menteri Keuangan menunjukkan sikap terbuka terhadap berbagai masukan tersebut, terutama terkait pendampingan pasar bagi UMKM furnitur yang menyerap sekitar 2,5 juta tenaga kerja, serta penyediaan insentif bagi industri yang memiliki nilai tambah tinggi. []

Diyan Febriana Citra.

Bagikan:
Hotnews Nasional