JAKARTA – Upaya penguatan literasi sejarah nasional terus menjadi perhatian pemerintah, khususnya melalui pemanfaatan dan pelestarian cagar budaya. Menteri Kebudayaan (Menbud) Fadli Zon menegaskan pentingnya kehadiran museum atau galeri informasi pada setiap Cagar Budaya Nasional sebagai sarana edukasi publik yang berkelanjutan. Menurutnya, museum bukan hanya ruang pamer artefak, tetapi juga medium strategis untuk menyampaikan nilai sejarah kepada masyarakat luas.
Pernyataan tersebut disampaikan Menbud Fadli usai meresmikan Galeri Cagar Budaya Peringkat Nasional Gereja Immanuel di Jakarta Pusat, Minggu (21/12/2025). Ia menilai bahwa bangunan bersejarah memiliki peran penting dalam membentuk kesadaran kolektif masyarakat terhadap identitas dan perjalanan bangsa.
“Kita membutuhkan informasi literasi yang semakin luas di masyarakat. Apalagi tentu saja yang mempunyai arti sejarah penting bagi wilayah itu, mungkin bagi komunitas juga,” katanya kepada wartawan.
Dalam pandangan Menbud, pengelolaan cagar budaya tidak dapat dilepaskan dari dukungan negara, baik dari sisi kebijakan maupun pendanaan. Pemerintah, kata dia, telah menyiapkan berbagai bentuk dukungan, mulai dari alokasi anggaran, pendanaan alternatif, hingga fasilitasi kegiatan fisik dan nonfisik. Penyediaan sarana dan prasarana dinilai menjadi elemen kunci untuk menjamin pelestarian dan pemanfaatan cagar budaya secara berkesinambungan.
Salah satu langkah konkret yang tengah dikembangkan adalah penerapan skema kerja sama antara pemerintah dan swasta atau public-private partnership dalam pengelolaan museum. Skema ini diharapkan mampu meningkatkan kualitas tata kelola sekaligus memastikan keberlanjutan pengembangan museum di berbagai daerah.
“Misalnya, untuk pengembangan museum. Saat ini kami mengembangkan skema public-private partnership,” ucapnya.
Peresmian Galeri Cagar Budaya Nasional di Gereja Immanuel menjadi contoh nyata bagaimana kolaborasi dapat menghadirkan ruang literasi sejarah di tengah keterbatasan. Ketua Majelis Jemaat GPIB Immanuel Jakarta, Pdt. Abraham Ruben Persang, mengungkapkan bahwa pengelola gereja sebelumnya menghadapi kendala finansial dalam merawat bangunan bersejarah tersebut. Keterbatasan dana membuat upaya pelestarian gedung tua menjadi tantangan tersendiri.
Ia menjelaskan bahwa pihak gereja sempat melakukan berbagai upaya mandiri untuk menjaga keberlangsungan bangunan. Salah satunya dengan menggalang dana dari masyarakat.
“Kami membuat turnamen golf dalam rangka penggalangan dana. Mengingat memelihara gedung bersejarah ini cukup mahal biayanya,” kata Menbud Fadli.
Dukungan Kementerian Kebudayaan kemudian menjadi angin segar bagi pengelola gereja. Rencana pengembangan galeri sejarah di lingkungan Gereja Immanuel mendapatkan respons positif saat pengurus gereja melakukan audiensi dengan Menbud.
“Satu sukacita bagi kami, saat itu kami diterima langsung oleh Bapak Menteri. Bahkan, beliau justru mendorong kami untuk melakukan pengembangan yang lebih besar,” ucapnya.
Gereja Immanuel sendiri dikenal sebagai salah satu bangunan tua di Jakarta yang menyimpan jejak sejarah penting. Oleh karena itu, pembangunan galeri di kawasan tersebut diproyeksikan menjadi sarana edukasi sejarah yang dapat diakses masyarakat umum. Menanggapi rencana itu, Menbud Fadli disebut memberikan respons cepat dengan langsung menginstruksikan agar pembangunan galeri segera direalisasikan tanpa melalui proses yang berlarut-larut.
Langkah ini dinilai sebagai sinyal kuat komitmen pemerintah dalam mendorong pelestarian cagar budaya sekaligus memperluas literasi sejarah nasional melalui pendekatan kolaboratif. []
Diyan Febriana Citra.

