Trump Akui Natalnya Terganggu Konflik Ukraina

Trump Akui Natalnya Terganggu Konflik Ukraina

Bagikan:

WASHINGTON – Perayaan malam Natal Presiden Amerika Serikat Donald Trump tahun ini berlangsung di bawah bayang-bayang dinamika geopolitik global. Alih-alih sepenuhnya menikmati suasana Natal, perhatian Trump justru tersita oleh konflik Ukraina yang belum menemukan titik terang serta hubungan Amerika Serikat dengan China yang terus memburuk.

Hal tersebut disampaikan Trump pada Rabu (24/12/2025), bertepatan dengan malam Natal, saat ia menerima sambungan telepon dari sejumlah anak-anak yang menanyakan posisi Santa Claus. Dalam momen yang biasanya sarat nuansa ringan dan penuh keceriaan, Trump mengaku pikirannya tetap tertuju pada berbagai persoalan strategis dunia.

“Kita harus kembali ke (masalah) China, Rusia, dan Ukraina, kembali ke hal-hal lain. Tapi Anda bisa melakukan ini sepanjang hari,” kata Trump, seperti dikutip dari Sputnik.

Pernyataan tersebut mencerminkan bagaimana isu keamanan global tetap mendominasi agenda Presiden AS, bahkan pada momen perayaan keagamaan. Konflik Ukraina, yang telah berlangsung sejak Februari 2022, kembali menjadi perhatian utama setelah pertemuan tingkat tinggi yang melibatkan Amerika Serikat dan negara-negara Eropa digelar pekan ini. Meski pertemuan tersebut diharapkan membuka jalan menuju gencatan senjata, hasil konkret kembali sulit dicapai.

Salah satu hambatan utama adalah tuntutan Rusia agar Ukraina menyerahkan empat wilayah yang saat ini disengketakan. Syarat tersebut dinilai tidak dapat diterima oleh Kyiv. Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menegaskan penolakannya terhadap permintaan itu, meskipun Trump disebut-sebut mendorong agar Ukraina bersedia melepaskan wilayah Semenanjung Krimea dan Donbass, termasuk Donetsk dan Luhansk, demi mengakhiri perang.

Di sisi lain, Trump juga menyinggung memburuknya hubungan dengan China, yang turut memperumit lanskap geopolitik global. Persaingan strategis antara Washington dan Beijing, baik di bidang ekonomi, militer, maupun pengaruh global, disebut menjadi faktor lain yang membuat suasana Natal Gedung Putih tahun ini terasa berbeda.

Meski demikian, Trump tetap menjalankan tradisi tahunan menerima telepon dari anak-anak yang menanyakan keberadaan Santa Claus. Tradisi ini berkaitan dengan peran Komando Pertahanan Udara Amerika Utara (NORAD) yang sejak 1955 secara simbolis melacak perjalanan Santa Claus pada malam Natal.

Sejarah pelacakan Santa Claus oleh NORAD bermula dari sebuah kejadian tak terduga. Saat itu, sebuah toko besar di Negara Bagian Colorado memasang iklan yang mengajak anak-anak menelepon Santa Claus. Namun, nomor yang dicantumkan ternyata keliru dan justru terhubung ke saluran telepon Komando Pertahanan Udara Kontinental (CORAD), yang kemudian berevolusi menjadi NORAD.

Alih-alih mengabaikan panggilan tersebut, petugas militer saat itu memilih merespons dengan ramah dan memberikan informasi kepada anak-anak tentang “perjalanan” Santa Claus. Sejak saat itu, pelacakan Santa Claus menjadi tradisi tahunan yang dijalankan oleh pangkalan Angkatan Udara AS di Colorado dan dikenal luas di berbagai negara.

Tradisi ini kerap menjadi simbol sisi humanis institusi pertahanan Amerika Serikat, bahkan di tengah ketegangan geopolitik global. Namun, pernyataan Trump menunjukkan bahwa tantangan internasional tetap menjadi beban besar bagi kepemimpinan AS, hingga memengaruhi suasana perayaan Natal di tingkat tertinggi pemerintahan. []

Diyan Febriana Citra.

Bagikan:
Internasional