JAKARTA – Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia mengambil peran aktif dalam penanganan dampak banjir bandang yang melanda sejumlah wilayah di Sumatra dengan menyalurkan bantuan tanggap bencana bagi masyarakat serta pelaku budaya di Provinsi Sumatra Barat, Sumatra Utara, dan Aceh. Langkah ini menegaskan bahwa pemulihan pascabencana tidak hanya menyangkut aspek fisik dan sosial, tetapi juga keberlanjutan kebudayaan dan perlindungan warisan budaya nasional.
Penyerahan bantuan dilakukan secara simbolis di Kantor Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah III Provinsi Sumatra Barat pada Rabu (24/12/2025). Kegiatan tersebut dihadiri sejumlah pejabat Kementerian Kebudayaan dan pemangku kepentingan daerah, antara lain Direktur Sarana dan Prasarana Kementerian Kebudayaan Feri Arlius, Kepala Biro Umum Abi Kusno, Kepala Biro Perencanaan Puguh Wiyatno, Sekretaris Direktorat Jenderal Perlindungan Kebudayaan dan Tradisi Wawan Yogaswara, Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Aceh Piet Rusdi, serta Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Sumatra Barat Jefrinal Arifin.
Menteri Kebudayaan RI Fadli Zon menegaskan bahwa kehadiran kementeriannya dalam masa tanggap darurat hingga fase transisi pemulihan merupakan bentuk tanggung jawab negara terhadap pelestarian kebudayaan dan perlindungan pelaku budaya yang terdampak bencana. Ia menekankan pentingnya pendataan sebagai dasar kebijakan agar bantuan yang disalurkan tepat sasaran.
“Sejak awal kami telah meminta seluruh Balai Pelestarian Kebudayaan di daerah yang terdampak bencana untuk melakukan pendataan terhadap cagar budaya, situs, museum, serta pelaku budaya yang terdampak bencana. Data tersebut menjadi dasar penyaluran bantuan agar tepat sasaran,” kata Fadli Zon dalam keterangan tertulis, Kamis (25/12/2025).
Dalam penjelasannya, Fadli Zon menyebutkan bahwa pada tahap awal kementeriannya telah menyalurkan bantuan hasil penggalangan dana dengan nilai sekitar setengah miliar rupiah. Selain itu, melalui optimalisasi anggaran, Kementerian Kebudayaan menyiapkan dukungan hingga sekitar Rp12 miliar yang difokuskan untuk tiga provinsi terdampak.
Ia juga menggarisbawahi bahwa penanganan kerusakan cagar budaya tidak bisa dilakukan secara seragam, melainkan harus disesuaikan dengan karakteristik dan tingkat kerusakan masing-masing objek.
“Kerusakan pada makam, rumah ibadah, museum, maupun situs warisan budaya memerlukan pendekatan dan intervensi yang berbeda,” jelasnya.
Lebih lanjut, Fadli Zon menilai bencana alam harus menjadi momentum untuk memperkuat peran kebudayaan dalam mitigasi bencana. Menurutnya, nilai-nilai kearifan lokal yang diwariskan leluhur dapat menjadi fondasi penting dalam membangun kesadaran menjaga lingkungan dan hidup selaras dengan alam.
“Ke depan, kita harus terus menjalankan program pemajuan kebudayaan nasional. Bencana ini hendaknya menjadi pelajaran penting untuk memperkuat kearifan lokal, budaya menjaga lingkungan, dan keselarasan dengan alam. Nilai-nilai tersebut sesungguhnya telah diwariskan oleh nenek moyang kita melalui manuskrip, situs, dan tradisi lokal,” ungkapnya.
“Indonesia adalah wilayah rawan bencana. Karena itu, pendekatan kebudayaan harus menjadi bagian dari solusi, baik dalam mitigasi maupun pemulihan pascabencana,” tambahnya.
Usai pengarahan, Fadli Zon dan rombongan meninjau langsung lokasi terdampak banjir bandang di Desa Batu Busuak, Kelurahan Lambung Bukik, Kecamatan Pauh, Kota Padang. Kedatangan rombongan disambut Wakil Wali Kota Padang Maigus Nasir serta masyarakat setempat yang terdampak bencana.
Dalam kesempatan tersebut, Fadli Zon menekankan bahwa budaya gotong royong yang ditunjukkan berbagai pihak selama masa bencana merupakan kekuatan sosial bangsa Indonesia.
“Saya kira semua kementerian dan lembaga, pemerintah provinsi, kabupaten/kota, pihak swasta, perorangan, hingga para relawan telah banyak menunjukkan bahwa masyarakat kita memiliki budaya yang sangat baik yaitu budaya gotong royong. Budaya inilah yang sangat kita perlukan, terutama dalam situasi musibah dan bencana, untuk saling menolong dan saling membantu,” ujar Fadli Zon.
Sementara itu, Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah III Provinsi Sumatra Barat, Nurmatias, menyampaikan bahwa bencana yang terjadi pada 27 November 2025 tidak hanya merusak permukiman warga, tetapi juga berdampak pada sejumlah cagar budaya serta keberlangsungan aktivitas pelaku seni dan budaya di tiga provinsi.
Sebagai bagian dari rangkaian kegiatan, bantuan berupa peralatan penunjang rumah tangga diserahkan secara simbolis kepada Lurah Lambung Bukik, Andi Defriyan. Kunjungan tersebut dimanfaatkan masyarakat untuk menyampaikan aspirasi sekaligus apresiasi atas kehadiran langsung pemerintah dalam proses pemulihan pascabencana. []
Diyan Febriana Citra.

