TOKYO — Dunia olahraga Jepang berduka atas wafatnya salah satu ikon terbesar dalam sejarah golf nasional, Masashi “Jumbo” Ozaki. Legenda golf yang dikenal luas berkat kekuatan pukulan, konsistensi prestasi, serta karismanya itu meninggal dunia pada Rabu (24/12/2025) setelah berjuang melawan kanker usus besar stadium 4 selama sekitar satu tahun terakhir.
Kabar duka tersebut segera menyebar luas dan memicu ungkapan belasungkawa dari berbagai kalangan, khususnya komunitas golf internasional. Ozaki menghembuskan napas terakhirnya setelah menjalani serangkaian perawatan intensif di rumah sakit sejak diagnosis penyakit serius tersebut diketahui.
Ketua Japan Golf Tour Organisation (JGTO), Yutaka Morohoshi, menyampaikan penghormatan mendalam atas kepergian sosok yang dianggap sebagai pilar utama golf profesional Jepang.
“Dunia golf telah kehilangan seorang tokoh yang benar-benar hebat,” kata Morohoshi, dikutip dari BBC, Rabu. Ia menambahkan, “Ia telah lama memimpin dunia golf profesional putra dan mengungguli yang lain dengan kekuatannya yang tak tertandingi.”
Ozaki bukan hanya atlet berprestasi, tetapi juga figur sentral dalam membentuk identitas golf Jepang modern. Dikutip dari Asahi Shimbun, perjalanan karier olahraga Ozaki terbilang unik. Ia mengawali karier sebagai pemain bisbol profesional sebelum memutuskan beralih ke golf. Keputusan tersebut terbukti tepat ketika ia meraih kemenangan turnamen pertamanya pada 1973, saat berusia 26 tahun.
Sejak itu, karier Ozaki melesat tajam. Sepanjang kiprahnya, ia mencatatkan total 113 kemenangan profesional, termasuk 94 gelar di Japan Golf Tour. Ia juga mendominasi peringkat nasional dengan menempati posisi teratas daftar uang Japan Golf Tour sebanyak 12 kali. Dominasi tersebut bahkan berlangsung konsisten, dengan lima kali berturut-turut dari 1994 hingga 1998.
Kemenangan terakhir Ozaki diraih pada ANA Open 2002. Saat itu, ia berusia 55 tahun, sebuah pencapaian yang menegaskan daya saing dan ketangguhannya hingga usia yang tidak lagi muda bagi seorang atlet profesional.
Julukan “Jumbo” melekat erat pada dirinya, mencerminkan gaya bermain agresif dan pukulan keras yang menjadi ciri khasnya. Ia tampil dalam 49 turnamen major, dengan pencapaian terbaik pada US Open 1989 di Oak Hill, ketika finis hanya terpaut tiga pukulan dari juara Curtis Strange. Meski demikian, kiprahnya di luar Jepang relatif terbatas dan sering luput dari sorotan global karena minimnya kemenangan internasional, kecuali pada Kejuaraan PGA Selandia Baru.
Di dalam negeri, Ozaki menjadi sosok dominan dengan lima gelar Japan Open dan enam kemenangan Japan PGA Championship. Pengaruhnya melampaui statistik dan trofi, karena ia berhasil menarik minat publik luas terhadap olahraga golf di Jepang.
Pengakuan internasional datang pada 2011 ketika namanya resmi masuk dalam World Golf Hall of Fame. Saat pelantikan, Ozaki mengungkapkan refleksi pribadinya. “Namun saya mendedikasikan hidup saya untuk golf Jepang dan sangat berterima kasih kepada para pemilih yang menganggap saya layak menerima kehormatan ini,” katanya setelah terpilih. Ia memperoleh 50 persen suara dalam pemilihan internasional tersebut.
Ozaki kerap disandingkan dengan Arnold Palmer sebagai figur yang merepresentasikan golf Jepang. Karisma, gaya berpakaian mencolok dengan kemeja sutra dan celana longgar, serta ayunan kuat menjadikannya ikon lintas generasi. Di luar lapangan golf, Ozaki juga dikenal sebagai musisi. Ia piawai bermain gitar, bahkan tiga lagunya sempat menembus tangga lagu pop di Jepang.
Kepergian Masashi “Jumbo” Ozaki meninggalkan warisan besar, tidak hanya berupa prestasi, tetapi juga pengaruh mendalam terhadap perkembangan dan popularitas golf di Jepang. []
Diyan Febriana Citra.

