ANKARA – Bentrokan bersenjata antara aparat keamanan Turkiye dan kelompok militan ISIS kembali menelan korban jiwa. Insiden tersebut terjadi di wilayah Yalova dan menjadi bagian dari operasi besar-besaran yang digelar pemerintah Turkiye untuk menekan aktivitas jaringan terorisme menjelang akhir tahun.
Menteri Dalam Negeri Turkiye, Ali Yerlikaya, menyampaikan bahwa tiga anggota kepolisian gugur dalam tugas, sementara sembilan petugas lainnya mengalami luka-luka akibat baku tembak dengan militan ISIS. Di sisi lain, enam anggota ISIS dilaporkan tewas dalam operasi tersebut. Bentrokan terjadi saat aparat melakukan penggerebekan terkoordinasi di sejumlah wilayah.
Menurut Yerlikaya, operasi keamanan itu dilaksanakan secara serentak di 108 titik yang tersebar di 15 provinsi, termasuk Yalova. Operasi dimulai pada Senin (29/12/2025) sekitar pukul 02.00 dini hari waktu setempat. Penindakan tersebut merupakan bagian dari langkah preventif pemerintah dalam menghadapi ancaman terorisme yang dinilai masih aktif dan berpotensi meningkat selama periode liburan akhir tahun.
“Selama operasi ini, teroris ISIS melepaskan tembakan ke arah polisi pemberani kami,” ujarnya, dikutip dari AFP.
Ia menambahkan bahwa enam militan ISIS yang tewas dalam bentrokan tersebut diketahui merupakan warga negara Turkiye. Selain itu, aparat keamanan juga mengevakuasi lima perempuan dan enam anak dari lokasi kejadian untuk mencegah jatuhnya korban sipil.
Keterangan dari saksi mata yang dikutip Reuters menyebutkan bahwa penggerebekan berlangsung semalaman di sebuah rumah yang diduga kuat menjadi tempat persembunyian anggota ISIS. Polisi menutup akses jalan menuju lokasi tersebut demi alasan keamanan. Asap tebal terlihat membumbung dari area sekitar rumah akibat kebakaran yang terjadi selama operasi, sementara sebuah helikopter kepolisian terus berpatroli di udara untuk memantau situasi.
Sejumlah ambulans dan unit pemadam kebakaran dikerahkan ke lokasi guna mengantisipasi kondisi darurat. Stasiun televisi NTV melaporkan bahwa para tersangka lebih dulu melepaskan tembakan ke arah aparat ketika polisi berupaya melakukan penangkapan. Situasi tersebut memaksa aparat membalas tembakan demi melindungi diri dan warga sekitar.
Untuk memperkuat pengamanan, pasukan khusus kepolisian didatangkan dari provinsi Bursa. Kehadiran pasukan tambahan dinilai krusial mengingat potensi perlawanan bersenjata dari jaringan militan yang terorganisasi.
Langkah tegas ini sejalan dengan upaya berkelanjutan pemerintah Turkiye dalam membongkar jaringan ISIS. Pekan sebelumnya, seorang jaksa di Istanbul memerintahkan penahanan terhadap 137 orang yang diduga anggota ISIS. Penahanan itu dilakukan setelah aparat memperoleh informasi intelijen mengenai rencana serangan teror selama periode liburan akhir tahun.
Turkiye memiliki perbatasan sepanjang sekitar 900 kilometer dengan Suriah, wilayah yang selama bertahun-tahun menjadi pusat aktivitas kelompok ekstremis. Kondisi geografis tersebut membuat pemerintah meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi infiltrasi lintas batas oleh kelompok militan.
Ancaman ISIS juga masih menjadi perhatian komunitas internasional. Kelompok ini baru-baru ini dituding terlibat dalam serangan di Palmyra, Suriah, yang menewaskan dua tentara Amerika Serikat dan seorang penerjemah. Selain itu, intelijen Turkiye mengumumkan penangkapan seorang tersangka pimpinan ISIS yang diduga merencanakan aksi bom bunuh diri di wilayah Turkiye dan Eropa.
Hampir satu dekade lalu, ISIS dituding sebagai dalang sejumlah serangan mematikan di Turkiye, termasuk penembakan di klub malam Istanbul dan serangan di bandara utama kota tersebut yang menewaskan puluhan orang. Pemerintah menegaskan akan terus meningkatkan operasi keamanan untuk mencegah terulangnya tragedi serupa. []
Diyan Febriana Citra.

