PONTIANAK –WWF-Indonesia Program Kalimantan Barat memaparkan hasil uji coba pemasangan lampu LED pada jaring tangkap nelayan perairan Paloh, Sambas, di Pontianak pada Senin (5/2).
Uji coba pemasangan lampu Light-Emitting Diode (LED)pada jaring insang (gillnet) nelayan di Palohtelah dilakukan sejak 2014 hingga 2017. Tujuannya antara lain untuk menekan ancaman terhadap kelangsungan populasi penyu di wilayah perairan Paloh yang menjadi salah satu pantai peneluran dan habitat penting beberapa jenis penyu.
“Pemasangan lampu LED pada gillnet dimaksudkan untuk menekan laju tangkapan sampingan atau bycatchdari aktivitas penangkapan ikan oleh nelayan terhadap satwa laut dilindungi seperti penyu. Hal itu yang akan kita sosialisasikan pada para pihak terkait,” kata Manajer Program Kalimantan Barat, WWF-Indonesia, Albertus Tjiu.
Dari pemantuan WWF-Indonesia sejak tahun 2009, ancaman terhadap populasi penyu di Pantai Palohtidak hanya terjadi didarat saja, namun juga diperairan. Meski berhasil ditekan, namun perburuan telur penyu masih saja terjadi. Di tahun 2017, dari pendataan yang dilakukan, perburuan telur penyu masih terjadi di kisaran angka 11%dari total keseluruhan sarang yang berhasil dimonitor dipantai peneluran Paloh. Begitu juga di perairan, ancaman kematian penyu yang disebabkan tangkapan sampingansangat tinggi.
“Setiap tahun, lebih dari 500 individu penyu diperkirakan tertangkap tidak sengaja oleh jaring nelayandi perairan Paloh. Kondisi ini tidak hanya berdampak buruk pada kelangsungan populasi penyu, namun juga merusak jaring nelayan,” papar Marine Biodiversity Conservation Officer, WWF-Indonesia, Hendro Susanto.
Penggunaan lampu LED ini merupakan program Smartgear yang sudah disosialisasikan oleh WWF-US dan NOAA bekerjasama dengan WWF Indonesia. Di Paloh, proses pengambilan datanya dilakukan oleh dua orang observer dengan cara mengikuti langsung operasi penangkapan ikan bersama nelayan di atas kapal.Selain di Paloh, hal serupa juga diujicobakan di Kabupaten Selayar, Sulawesi Selatan.
“Penyu itu salah satu biota yang terancam punah. Keberadaannya dilindungi, baik oleh peraturan nasional maupun internasional. Cahaya yang dihasilkan oleh lampu LED diharapkan bisa terdeteksi oleh penyu sehingga satwa itu menjauh atau mengubah arah renang dan tidak akan terjerat oleh gillnet,” terang Albert.
Alat tangkap yang digunakan untuk uji coba yaitu dua unit gillnet yang dioperasikan oleh masing-masing armada (kapal nelayan) dalam waktu yang bersamaan dan pada lokasi yang berdekatan. Salah satu gillnet dilengkapi LED sebagai uji coba sedangkan satu lainnya sebagai alat tangkap kontrol tanpa ada tambahan perlakuan apapun.
Dari ujicoba yang dilakukan, penggunaan lampu LED yang dipasang pada alat tangkap jaring, efektif mengurangi peluang tertangkapnya penyu hingga 70%. Di sisi lain, keuntungan dengan penggunaan lampu LED cenderung meningkatkan jumlah tangkapan nelayan pada ikan target (jenis Bawal) sebesar 11%.
“Upaya mitigasi untuk mengurangi tekanan terhadap penyu Paloh sangat penting dilakukan, untuk memastikan populasi penyu Paloh tetap terjaga. Berdasarkan pendataan populasi yang kami lakukan sejak 2009, populasi penyu Paloh cenderung mengalami penurunan. Diharapkan, melalui penggunaan LED ini, dapat mengurangi jumlah penyu yang mati dan terdampar di pantai,hampir tiap tahun terjadi. Bisa dikatakan, penyu adalah indikator kesuburan suatu wilayah perairan, sekaligus menjadi penjamin keberlangsungan hidup nelayan Paloh dalam mencari hasil tangkapan,” tambah Hendro.
Selain uji coba penggunaan LED pada alat tangkap jaring insang, WWF juga melakukan proses pendampingan kepada nelayan dengan memperagakan cara-cara penanganan bycatch penyu sesuai dengan prinsip praktik pengelolaan terbaik (Better Management Practices/BMP) dan prosedur operasi standar yang berlaku. Sejauh ini, sudah ada 920 nelayan yang mendapatkan pelatihan, dengan tingkat kepatuhan penerapan sebesar 34%.
“Sebagai pelaku utama dalam kegiatan perikanan tangkap, nelayan tentunya memiliki peran penting terhadap kelangsungan hidup penyu. Jika ada penyu yang tertangkap tanpa sengaja, perlu penanganan yang baik untuk menurunkan resiko kematian bagi satwa purba dilindungi tersebut,” jelas Hendro lagi.
Uji coba yang dilakukan menemukan berbagai tantangan dan peluang di lapangan. Bagian ini yang kemudian perlu dibahas guna menentukan langkah bersama ke depannya dalam menerapkan LED sebagai alat mitigasi bycatch penyu secara umum.Oleh karena itu, kami melakukan dua tahap sosialisasi, yakni pada level kecamatan di Paloh pada Sabtu (3/2) dan pada level provinsi di Pontianak (5/2) denganmelibatkan sejumlah pihak terkait, mulai dari unsur pemerintah, politisi, akademisi, pengusaha sektor perikanan, aparat desa, aparat kepolisian, TNI, dan media massa, serta didukung oleh Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Pontianak.
“Penggunaan lampu LED ini kami lihat sebagai salah satu upaya untuk mewujudkan perikanan yang bertanggung jawab dan berkelanjutan, sekaligus upaya perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan jenis ikan yang dilindungi dan terancam punah. Jadi ini sebuah inisiasi yang bagus. Kami mengapresiasi upaya WWF ini sehingga sangat membantu upaya pelestarian ke depannya,” kata Kepala Seksi Pendayagunaan dan Pelestarian BPSPL Pontianak, Sy. Iwan Taruna Alkadrie.
WWF berupaya mendorong LED ini bisa diaplikasikan secara luas oleh masyarakat dan proses sosialisasi yang dilakukan akan dapat melahirkan komitmen para pihak untuk terlibat dalam penggunaan lampu LED hijau. Sosialisasi ke masyarakat dan para pihak penting dilakukan untuk menyampaikan tingkat keberhasilan penggunaan lampu LED untuk menjaga kelestarian populasi penyu di Paloh. Kegiatan ini diharapkan mampu merubah cara pandang banyak pihak, dimana praktik dengan metode ini selain berdampak positif terhadap kelestarian penyu, mengurangi kerugian kerusakan jaring nelayan serta meningkatkan hasil tangkapan.
“Ini juga menjadi salah satu upaya kita dalam mencegah bycatch penyu yang terjaring oleh gillnet. Setidaknya para pihak mengetahui manfaat pemasangan LED pada alat tangkap nelayan. Semoga sosialisasi ini juga bisa ditindaklanjuti dengan membangun strategi implementasi mitigasi bycatch penyu di wilayah Kalimantan Barat,” harap Albert.(Rachmat Effendi)