TARAKAN – Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog) rupanya tak percaya dengan pedagang pasar. Karena itu, saat melakukan operasi pasar terhadap kebutuhan pokok beras, Bulog Sub Drive Tarakan lebih memilih berkeliling dan menjual langsung beras murah ke masyarakat.
Seperti diungkapkan Kepala Perum Bulog Sub Drive Tarakan, Pangadilan Lubis kepada awak media, baru-baru ini. Menurut Pangadilan Lubis, pihaknya sebenarnya bisa menjual kebutuhan tersebut kepada pedagang pasar untuk didistribusikan. Namun ia khawatir adanya perubahan harga yang ditetapkan pedagang untuk meraup keuntungan besar.
“Kita bisa saja menjual sama pedagang untuk dijual, tapi kita tidak menjamin pedagang mau menjual dengan keuntungan 500 atau 1.000 dikhawatirkan akan dimanfaatkan untuk keuntungan. Jadi, kita putuskan untuk menjualnya sendiri keliling,” ujar Pangadilan Lubis.
Dalam operasi pasar keliling, Bulog Sub Drive Tarakan tidak hanya menjual beras, tetapi juga menawarkan gula pasir yang harganya lebih murah dari harga di pasaran. Menurut Pangadilan Lubis, operasi pasar yang baru berjalan beberapa hari itu dilakukan setelah melihat situasi harga peredaran kedua kebutuhan pokok tersebut mulai melambung.
“Langsung dijalankan satgas (Satuan Tugas, red) kita. Karena selama ini dua kebutuhan itu cukup membebani masyarakat karena harganya. Jadi kita buatlah semacam bantuan dalam bentuk jualan yang kita jalankan melalui satker (Satuan Kerja, red) kita,” tuturnya.
Sementara Kepala Dinas Perdagangan dan Koperasi Usaha Kecil Menengah Tarakan, Tajuddin Tuwo mengatakan, adanya beras murah sangat membantu masyarakat . “Cukup baik dengan beras murah ini karena kan kita tahu beras semakin mahal. Yah tapi menurut saya, sebaiknya beras murah ini tidak dijual pada satu tempat saja. Karena, pasti masih ada masyarakat kelas menengah ke bawah yang belum mengetahui. Jadi, mungkin kalau kegiatan itu dijalankan berpindah pindah tempat itu akan lebih tepat sasaran,” jelasnya.
Beberapa warga yang telah membeli beras dan gula hasil operasi pasar mengungkapkan rasa senangnya. Salmiati (34), mengungkapkan, beras murah dibeli Rp9 ribu per kilogram (kg). Sementara di pasaran menyentuh angka Rp15 ribu hingga Rp 20 ribu per kg.
“Saya beli 2 karung. Senang lah dengan adanya beras murah ini. Karena bantuan beras murah keluarga saya juga sudah dicabut jadi kami sangat kesulitan untuk membeli beras bermerk yang harganya semakin mahal,” katanya, Rabu (17/10/2018).
Senada diungkapkan Samuel (37), warga Kelurahan Karang Anyar. Adanya beras murah cukup membuatnya terbantu. Karena, selama ini jaminan beras murah yang didapatkan keluarganya dari kelurahan tidak dapat digunakan lagi. Karena, keluarganya sudah tidak terdaftar pada penerima bantuan beras murah.
“Saya cukup bersyukur karena selama bantuan beras murah dari kelurahan keluarga saya dicabut. Terus terang kita cukup kesulitan untuk membeli beras bermerek di pasar. Jadi, kadang kalau belum gajian kita beli beras kiloan saja untuk makan. Dengan adanya beras murah ini kita cukup merasa terbantu,” tuturnya.
Sementara berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2015 tentang Kebijakan Pengadaan Gabah/Beras dan Penyaluran Beras oleh Pemerintah, sebagaimana dipublikasikan di website resmi Perum Bulog – www.bulog.co.id – harga Gabah Kering Panen (GKP) kualitas kadar air maksimum 25% dan kadar hampa/kotoran maksimum 10% Rp3.700 per kg di petani atau Rp3.750 per kg di penggilingan.
Lalu harga GKP kualitas kadar air maksimum 14% dan kadar hampa/kotoran maksimum 3% Rp4.600 per kg di penggilingan atau Rp4.650 per kg di gudang Perum Bulog. Sedangkan Harga pembelian beras berkualitas kadar air maksimum 14%, butir patah maksimum 20%, kadar menir maksimum 2% dan derajat sosot minimum 95% adalah Rp7.300 per kilogram di gudang Perum Bulog.[]
Penulis: Muhammad Noor Amat
Editor: Nursiah