Jerat Pelatih Gulat Bernafsu Bejat

Jerat Pelatih Gulat Bernafsu Bejat

 

YOGYAKARTA – Seorang atlet gulat putri berusia 18 tahun asal Bantul, DI Yogyakarta, melaporkan pelatihnya sendiri yang berinisial AR ke kepolisian setempat terkait dugaan kekerasan seksual.
Didampingi rekan-rekan sesama atlet gulat, korban mendatangi Unit PPA dan SPKT Polres Bantul untuk membuat laporan kepolisian, Kamis (27/10/2022).

Saat dikonfirmasi, Kasat Reskrim Polres Bantul AKP Archye Nevadha menyebut pihaknya telah menerima laporan terkait dugaan kekerasan seksual ini. Jajarannya setelahnya segera menindaklanjutinya dengan memulai penyelidikan. “Sudah menerima laporan, selanjutnya penyelidikan,” ucapnya.

Angga Setyaji, selaku senior atlet dari korban menyebut dugaan peristiwa ini terjadi pada akhir Juli 2022 . Peristiwa dugaan kekerasan seksual itu bermula ketika AR mengajak A untuk berlatih bersama sebagai persiapan Pekan Olahraga Daerah (PORDA) XVI DIY di Sasana Gulat Pringgodani, Sanden, Bantul.

“Kata korban, di luar jam latihan itu dijapri untuk latihan mandiri… Korban ini masih anak-anak dan masih semangat-semangatnya, jadi [dapat kabar] ada jam tambahan ini ya ayo,” kata Angga saat mendampingi korban di Mapolres Bantul.

Menurut Angga berdasarkan keterangan konselor korban, kala itu situasi sasana sedang sepi. Hanya ada pelaku dan korban saja hingga akhirnya dugaan kekerasan seksual itu terjadi di tengah latihan mandiri.

Korban, kata Angga, sempat mengadukan dugaan kekerasan seksual yang menimpanya ke dua senior lainnya sebelum kemudian diarahkan ke Pengurus Kabupaten (Pengkab) Persatuan Gulat Seluruh Indonesia (PGSI) Bantul. Namun, menurut Angga, mereka bertiga malah diminta pengurus untuk menyimpan masalah dugaan kekerasan seksual itu karena khawatir bakal mengganggu persiapan Porda.

Mendengar tanggapan Pengkab PGSI, korban lantas memutuskan pergi ke kediaman neneknya di Bandung, Jawa Barat. Angga menyebut korban pun masih tetap berlatih untuk Porda DIY itu di sasana setempat.

Angga sendiri baru mendapat informasi dugaan kekerasan seksual yang menimpa korban itu dari dua senior. Dia pun mengklarifikasi langsung ke korban via aplikasi pesan sosial. Dia mengatakan korban sudah down atau depresi, dan belum mau bercerita kepada orang tuanya.

“Saya menganggap dia depresi karena chat WA saya sambil nangis-nangis, bilang ‘saya nggak kuat, mas. Saya nggak kuat’,” bebernya.

Setelah mencoba dikuatkan mentalnya, dan bercerita ke orang tua pada Agustus lalu, korban kembali ke Bantul bersama rekan dan senior sesama atlet.

Korban lalu didampingi ke lembaga konseling serta UPTD PPA Bantul guna mendapatkan pendampingan psikologis, termasuk konsultasi salah satunya perihal upaya menempuh langkah hukum.

Kemudian pada gelaran PORDA DIY pada September 2022, korban berhasil merebut emas. Namun, penyelesaian masalah yang pernah dijanjikan Pengkab PGSI tak kunjung tiba. Itulah yang kemudian membuat korban didampingi rekan-rekannya melaporkan perbuatan kekerasan seksual pelatihnya tersebut ke polisi.

Rekan korban lainnya, Retno S mengatakan ketika korban ketika masih menutup diri cenderung tampak lebih pendiam. Retno bahkan mendapati korban pernah melukai tangannya sendiri.

“Katanya kebayang-bayang terus, sampai melukai anggota tubuhnya pakai kukunya, dicakar-cakar. Ketika aku gandeng, (respons korban) ‘jangan mbak, sakit tanganku. Aku kan nggak tahu waktu itu, tahunya setelah itu baru curhat,” ungkapnya.

Kata Retno, korban juga hanya bisa berbagi cerita kepada sebagian rekannya saja. Walau demikian, menurutnya, semua mendukung korban.

Sumber media ini sudah menghubungi Ketua Pengkab PGSI Bantul Sutadi, tapi yang bersangkutan mengaku belum bisa memberi jawaban malam ini.  [] CNN

Kasus Nasional