JAKARTA – Indonesia bukan kali ini saja terkena serangan ransomware yang dampaknya cukup masif. Sebagaimana dilansir dari Kompas.com Sebelumnya, 2017 lalu, serangan malware dengan modus meminta tebusan ini juga pernah melanda Tanah Air. Diketahui, sejumlah instansi dan lembaga pemerintah melaporkan masalah setelah terjadi serangan ransomware LockBit 3.0 pada Pusat Data Nasional (PDN) Sementara, Kamis (20/6/2024) lalu.
Sedangkan 2017 lalu, ransomware WannaCry dan sempat membuat heboh dunia. Sebab, sebanyak 150 negara di dunia, termasuk Indonesia, diserang program jahat yang sama. Lantas, apa perbedaan serangan ransomware WannaCry pada 2017 dan ransomware tahun 2024 di Indonesia? Bagaimanakah dampaknya? Perbedaan serangan ransomware 2017 dan 2024 Direktur Riset Keamanan Siber (CISSREC) Pratama Persada menjelaskan, perbedaan serangan ransomware tujuh tahun lalu dengan saat ini ada pada target utamanya.
Tahun 2017, serangan ransomware WannaCry menargetkan negara Ukraina, sementara tahun 2024 sengaja menyerang Indonesia. “Tahun 2017 itu test the water saja, targetnya bukan kita. Kebetulan di kita ada yang pakai VPN negara lain, sehingga ikut kena,” jelasnya saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (29/hkan, peretas tidak meminta uang tebusan kepada negara. Hal itu dapat dilihat dari pemberian dompet crypto yang dianggap ‘asal’.
Untuk diketahui, saat meminta tebusan para peretas biasanya menggunakan mata uang Bitcoin agar sulit dilacak. Senada dengan Pratama, pengamat siber dari Vaksin.com Alfons Tanujaya mengatakan jika serangan ransomware kali ini merupakan serangan target dengan tujuan mencari keuntungan. “Kalau hari ini targetting attact, tapi kalau WannaCry tidak mencari keuntungan finansial,” ucapnya.
Kemendikbudristek: Mohon Bersabar Dampak serangan ransomware 2024 Disarikan dari pemeberitaan awak media serangan ransomware tahun ini menargetkan Pusat Data Nasional (PDN) Sementara, yang upaya pemulihannya secara bertahap masih berjalan lebih dari sepekan, sejak sistem kebobolan, Kamis (20/6/2024).
Akibat serangan itu, sebanyak 210 lembaga pusat maupun daerah mengalami gangguan sistem, di antaranya Imigrasi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud), serta Pemerintah Kota (Pemkot) Solo, Jawa Tengah. Layanan bandara mengalami gangguan sistem yang menghambat proses boarding penerbangan. Selain itu M-Paspor, aplikasi untuk mendaftar sebelum mengurus paspor juga tidak bisa diakses. Akibatnya, pada hari itu seluruh layanan keimigrasian dioperasikan secara manual.
Sementara, sebanyak 47 server layanan Kemendikbud seperti beasiswa pendidikan, KIP kuliah, hingga pendaftaran Layanan Tatap Muka Daring (LTMTD) via Zoom juga mengalami down. Tak hanya itu, aplikasi surat-menyurat antara pemerintah pusat ke pemerintah kabupaten/kota, yaitu Srikandi ikut terganggu. Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mengumumkan jika dampak serangan ransomware hingga kini telah melenyapkan sebanyak 282 data lembaga. Sementara hanya 44 yang masih diupayakan pulih karena memiliki back up.
Dampak serangan ransomware WannaCry 2017 Serangan ransomware WannaCry pada 13 Mei 2017 di Indonesia tidak begitu masif dibandingkan dengan serangan tahun ini. WannaCry yang menarget Ukraina sebagain menyebar ke Indonesia dan mengakibatkan sejumlah komputer di Rumah Sakit (RS) Kanker Dharmais dan RS Harapan Kita mengalami down.
Layanan data entry pasien di RS Kanker Dharmais yang terletak di Jakarta Barat tidak bisa berfungsi. Sebanyak 60 unit komputer juga tidak bisa dioperasikan sehingga mengakibatan antrean. Pihak rumah sakit juga sempat dimintai uang tebusan oleh peretas sejumlah Rp 4 juta. []
Putri Aulia Maharani