Pengusaha Tanggapi Rencana Pembangunan Pabrik Tekstil China-Singapura di Indonesia

Pengusaha Tanggapi Rencana Pembangunan Pabrik Tekstil China-Singapura di Indonesia

JAKARTA – Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) mengungkapkan, setidaknya ada 12 perusahaan asal China, Singapura, dan lokal yang berencana membangun pabrik Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) di Indonesia. Sebagaimana dilansir dari CNBC Indonesia, perusahaan-perusahaan itu nantinya akan masuk ke segmen hulu sampai hilir. Lantas, bagaimana respon pengusaha TPT nasional yang sudah mendirikan usahanya sejak lama?

Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jemmy Kartiwa Sastraatmadja mengaku tidak keberatan, bahkan ia menyambut baik dengan masuknya investasi tersebut ke Indonesia. Hanya saja, ia meminta agar pemerintah memberi perlakuan yang sama antara investor asing dengan investor lokal yang sudah lama membangun industri TPT-nya di tanah air.

“Saya sih sebagai ketua asosiasi menyambut baik ya, selama playing field-nya kita sama. Istilahnya diberikan perlakuan yang sama, baik untuk investor lokal maupun investor asing. Sepanjang perlakuannya sama it’s fine saja, no problem, karena itu kan bisa menyerap tenaga kerja Indonesia. Tapi yang selalu saya tekankan, perlakuannya harus sama, kita tidak bisa terlalu memberi karpet merah ke asing,” kata Jemmy kepada awak media, Jumat (5/7/2024).

Jemmy meyakini, jika pemerintah bisa memberikan perlakuan yang sama antara investor asing dengan lokal, baik dari segi regulasi hingga kemudahan berusahanya, maka industri TPT nasional akan baik-baik saja. “Dalam arti, mereka (jangan lebih) dipermudah ini dan itu, diperlakukan sama saja, menurut saya nggak akan ada masalah. Sepanjang regulasinya benar itu tidak masalah,” tegasnya.

Ia tak menampik industri TPT nasional saat ini berguguran karena kondisi global yang juga sedang tidak baik-baik saja, di mana permintaan atau daya beli berbagai negara masih lemah. “Ini kan diawali dari inflasi yang cukup tinggi dan berbagai bank sentral dunia menaikkan suku bunga, yang diawali dari bank sentral Amerika Serikat atau The Fed yang berimbas ke berbagai dunia,” lanjutnya.

Hal senada disampaikan Ketua Umum Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament Indonesia (ApsyFi) Redma Gita Wirawasta, di mana ia juga menyambut baik masuknya investasi 12 perusahaan tekstil asal China dan Singapura.

Namun ia mewanti-wanti agar perusahaan-perusahaan itu melakukan sinkronisasi dengan ekosistem yang sudah ada, dan jangan sampai 12 perusahaan itu justru merusak ekosistem dengan melakukan importasi atau bahkan hanya menjadi trader.

“Itu berita yang sangat baik, 12 perusahaan ini tinggal melakukan sinkronisasi dengan ekosistem yang sudah ada. Jangan sampai justru merusak ekosistem dengan melakukan importasi, atau bahkan hanya menjadi trader,” ucap Redma saat dihubungi awak media di waktu berbeda.

Sama seperti Jemmy, Redma juga mengingatkan agar pemerintah memperlakukan investor asing dan lokal setara, tidak dibeda-bedakan. Dengan begitu, menurutnya persaingan usaha akan sehat. “Kalau sama-sama investasi disini dengan struktur biaya yang equal (setara), tentu persaingannya akan sehat. Tapi kalau bersaing dengan barang impor dumping yang masuk dengan cara ilegal kan tingkat persaingannya tidak equal,” tukasnya.

Meski demikian, Redma tetap berharap agar pemerintah lebih dulu menyelamatkan investasi yang sudah ada, ketimbang mengurusi masuknya 12 investasi baru. “Tapi akan jauh lebih baik jika pemerintah menyelamatkan dulu investasi yang ada saat ini,” tutup dia.

Sebelumnya, Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kemenko Marves Septian Hario Seto mengatakan, nantinya hasil produk yang dihasilkan dari 12 perusahaan tersebut mulai dari serat, benang, kain, hingga pakaian jadi yang berorientasi ekspor. Disebutkan, perusahaan tersebut merupakan bagian dari global supply chain merek-merek ternama, seperti Adidas, Puma, Uniqlo, H&M, Zara, hingga Armani. []

Putri Aulia Maharani

Internasional