MISTERI kematian Murniati Jasmi (40), Warga Jalan Graha Indah, Blok AD, Nomor 15, Kelurahan Air Putih, Kota Samarinda yang juga Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop) Kutai Kartanegara (Kaltim), Kalimantan Timur (Kaltim), akhirnya terungkap.
Hal tersebut menyusul ditangkapnya pembunuh perempuan cantik ini oleh Tim Buru Sergap (Buser) Kepolisian Resor (Polres) Kukar, Jumat (24/04) pagi sekitar pukul 08.30 Wita. Polisi berahasil meringkus pria tua yang juga mantan bernama Maxi Risat (49) setelah memburu tersangka selama kurang lebih sepekan.
Tim Buser yang dipimpin Ipda Askar meringkus pria tumbun berambut cepak tersebut di di kos-kosannya di jalan Jalan Strat 3 Gang Rimbawan Gunung, Samarinda Baru, Balikpapan. Saat ditangkap, tersangkatengah mengenakan kaos biru dan bercelana pendek dan sedang tidur-tiduran. Ia tidak melawan saat digelandang ke Markas Kepolisian Daerah (Mapolda) Kaltim.
Kepala Polres (Kapolres) Kukar AKBP Mukti Juharsa melalui Kepala Satuan (Kasat) Reserse Kriminal (Serse) Ida Bagus WS kepada wartawan mengatakan, saat ini polisi masih memeriksa tersangka secara intensif. Mobil yang digunakan tersangka untuk membunuh Murniati alias Ati juga masih dicari.
Di Kepolisian Daerah (Polda) Kaltim, tersangka mengakui perbuatannya. Tetapi itu dilakukan secara tidak sengaja dengan maksud ingin mendiamkan korban yang saat itu berteriak-teriak. Awalnya, keduanya terlibat perselisihan dalam mobil selagi dalam perjalanan ke Tenggarong.
Kepada polisi, Maxi mengatakan terpaksa mencekik hingga tewas untuk menghentikan teriakan Muniarti. “Dia mengatakan, ketika perempuan ini teriak dihentikan dengan cara dicekik. Tangan kanan di setir, tangan kiri mencekik,” kata sumber media ini di Polda Kaltim.
“Memang kalau dilihat dari body tersangka ini besar tubuhnya. Tetapi sebenarnya tidak masuk akal. Mosok tidak bisa melawan,” katanya.
Maxi Risat ternyata seorang sarjanaSehari sebelumnya, Sapto Haryadi (41), suami Ati, dimintai keterangan. Ia memenuhi panggilan Polres Kukar. Sapto dimintai keterangan terkait kasus pembunuhan terhadap Muniarti Jasmi (40), istrinya.
Ida Bagus menerangkan, Sapto diperiksa untuk berita acara pemeriksaan (BAP) awal. Sebelumnya polisi kesulitan memeriksa Sapto karena mengaku masih trauma. “Demi penyelidikan saya upayakan hadir,” tegas Sapto.
Kemarin (22/4) sore, Sapto dengan kaus kuning dan celana krem terlihat di lantai dua Polres Kukar. Ditemui usai pemeriksaan, Sapto mengatakan tak mengetahui siapa yang membunuh istrinya. Bahkan ia juga tak mengetahui apakah istrinya memiliki musuh atau tidak.
Saat kejadian, Sapto mengaku sedang berada di Sanga-Sanga. Sebab ia menjabat sebagai kepala cabang pembantu Bankaltim di kecamatan tersebut. Ia juga tak mengetahui kebiasaan Muniarti ke warung.
“Setahu saya, dia sering makan di kantor, jarang makan di luar. Terkadang makan gorengan saja,” ucap dia.
Lelaki yang bertugas di Sanga-Sanga sejak Desember 2014 itu mengaku tak ada pertengkaran dengan Muniarti sebelum kejadian. “Saya sering menasihati agar jangan menumpang dengan orang tak dikenal,” ujar dia.
Sapto diperiksa selama dua jam, sejak pukul 14.00 Wita hingga 18.00 Wita. Wajah Sapto masih terlihat kusut. Ida Bagus menerangkan, saat ini penyidik masih mendalami kemungkinan dan dugaan yang mencuat.
Dari hasil pemeriksaan, olah TKP dan visum, diketahui bahwa Ati bukan merupakan korban perkosaan, karena korban diketahui sedang datang bulan. Diduga, tersingkapnya baju korban saat ditemukan hanya sebagai alibi.
Jika korban dibunuh karena perampokan, hal itu juga menjadi pertanyaan, karena hanya tas yang berisi uang dan telepon genggam korban yang raib. Sementara perhiasan korban masih menempel di badan.
Saat ini polisi juga masih menunggu hasil atopsi di Laboratorium Forensik (Labfor) Mabes Polri Cabang Surabaya. Polisi sendiri memastikan Ati sebagai korban pembunuhan karena ditemukan adanya luka di jari telunjuk kanan, kulitnya hilang atau terkelupas. Di sikut kiri memar dan lidah tergigit.
Dari hasil otopsi, diketahui juga bahwa korban ada kemungkinan tewas akibat kehabisan oksigen, diduga dibekap. “Ujung jari tangan dan paru-paru korban yang membiru, itu biasa terjadi kepada korban lemas atau tenggelam, jadi korban ini dibekap sehingga kehabisan oksigen,” tukas Ida Bagus.
Untuk mendalami analisa hasil otopsi tersebut, pihak kepolisian mengirim hasilnya ke Laboratorium Forensik (Labfor) Mabes Polri Cabang Surabaya. “Diperiksa apakah ada racun atau bagaimana. Sampel menstruasi korban pun dibawa juga. Apakah ditemukan air mani atau tidak,” jelas Ida Bagus.
Korban sendiri ditemukan tak bernyawa oleh Rusni (50) warga KM 5, Kelurahan Jahab, Kecamatan Tenggarong. Saat itu Rusni, mau pulang kerumah, sehabis dari kebun. Saat ditemukan Ati dalam posisi terlentang dengan baju sedikit tersingkap di semak-semak, Kilometer (Km) 10 bilangan jalan poros Tenggarong – Kota Bangun.
Sehari sebelum ditemukan tak bernyawa, korban diketahui berangkat bekerja dari kediamannya di Samarinda menuju Tenggarong. Setelah mengantar anaknya ke sekolah dengan membawa motor, korban ke Jalan Suryanata, Air Hitam. Motor dititipkan korban ke mushala di dekat Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU).
Saat itu korban diketahui menumpang mobil orang tak dikenal. Kepada rekan-rekannya di Disperindagkop, korban bahkan mengabarkan melalui Black Berry Messanger (BBM) bahwa posisinya telah sampai di Stadion Aji Imbut, Tenggarong Seberang. Namun setelah itu korban tak ada kabarnya lagi hingga diketamukan keesokan harinya sekitar pukul 11.30 Wita. []