JAKARTA – Kanselir Jerman, Olaf Scholz, menyampaikan kritik tajam terhadap rencana Donald Trump yang berambisi menguasai Jalur Gaza dan merelokasi warga Palestina ke luar wilayah tersebut. Scholz menyebut bahwa gagasan itu “mengerikan” dan tidak dapat diterima, terutama dalam situasi yang sudah penuh dengan penderitaan akibat konflik yang berkepanjangan.
“Ini adalah ide yang sangat tidak manusiawi dan benar-benar tidak pantas, terutama ketika kita melihat kehancuran besar yang terjadi di Gaza,” ujar Scholz, Minggu (9/2/2025), dikutip dari Anadolu Agency.
Pernyataan ini muncul sebagai respons atas pernyataan Trump yang ingin mengusir warga Palestina dari Gaza agar wilayah tersebut dapat dikembangkan menjadi “Riviera Timur Tengah”, yaitu kawasan yang diubah menjadi pusat ekonomi dan hunian modern. Trump bahkan mengklaim bahwa Gaza nantinya dapat dihuni oleh “masyarakat dunia”, tanpa memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai siapa yang akan bertanggung jawab atas proses relokasi tersebut.
Trump Berambisi Ubah Gaza, Banyak Negara Menolak
Rencana Trump ini mendapat reaksi keras dari berbagai negara. Pemerintah Palestina dengan tegas menyatakan bahwa mereka tidak akan membiarkan rakyatnya dipindahkan ke negara lain, dan bahwa Gaza adalah tanah milik mereka yang harus tetap dipertahankan.
Selain Palestina, beberapa negara Barat seperti Prancis, Kanada, dan Inggris juga menolak ide pemindahan paksa warga Gaza. Yordania dan Mesir, yang disebut-sebut sebagai potensi lokasi relokasi, juga secara resmi menyatakan penolakan tegas terhadap usulan tersebut.
Scholz menambahkan bahwa wacana yang dilontarkan Trump ini merupakan bagian dari serangkaian kebijakan kontroversial yang kerap dikeluarkan oleh pemerintah AS.
“Saya sependapat bahwa ini adalah gagasan yang mengkhawatirkan. Namun, kita perlu melihat apakah rencana ini benar-benar serius atau hanya sekadar retorika politik menjelang pemilu,” ungkapnya.
Konflik Gaza dan Tantangan Diplomasi Global
Situasi di Gaza hingga kini masih penuh dengan ketidakpastian. Konflik antara Israel dan Palestina terus berlangsung dengan korban yang semakin bertambah, sementara tekanan dari komunitas internasional semakin meningkat.
Para pengamat politik menilai bahwa usulan Trump ini dapat memperburuk ketegangan di Timur Tengah serta memperumit proses diplomasi yang selama ini diupayakan berbagai pihak. Banyak yang mempertanyakan bagaimana Trump berencana merealisasikan rencananya, terutama mengingat kondisi geopolitik yang kompleks dan penolakan luas dari berbagai negara.
Meski demikian, hingga kini belum ada langkah konkret dari Trump terkait wacana ini. Para pemimpin dunia menunggu apakah ide ini akan benar-benar diimplementasikan atau sekadar bagian dari kampanye politiknya menjelang pemilihan presiden AS mendatang.[]
Putri Aulia Maharani