AS Ditinggal! Negara Arab Ogah Bantu Serang Iran

AS Ditinggal! Negara Arab Ogah Bantu Serang Iran

RIYADH – Arab Saudi dan sejumlah negara Teluk lainnya telah melarang Amerika Serikat (AS) menggunakan wilayah udara dan pangkalan militer mereka untuk melancarkan serangan terhadap Iran. Keputusan ini muncul setelah Presiden AS, Donald Trump, mengancam akan mengebom Iran jika Teheran tidak menyepakati perjanjian terkait program nuklirnya.

Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA), Qatar, dan Kuwait secara resmi telah menyampaikan kepada AS bahwa mereka tidak akan mengizinkan penggunaan wilayah udara atau fasilitas militer mereka untuk mendukung operasi serangan terhadap Iran, termasuk pengisian bahan bakar dan penyelamatan, sebagaimana dilaporkan oleh Middle East Eye mengutip seorang pejabat senior AS.

“Mereka tidak ingin terlibat,” ujar pejabat tersebut, yang berbicara secara anonim karena informasi ini berkaitan dengan perencanaan militer yang sensitif.

Pukulan bagi Kampanye Trump

Sikap negara-negara Teluk ini menjadi pukulan bagi pemerintahan Trump, yang berupaya menggunakan tekanan militer sebagai strategi untuk memaksa Iran kembali ke meja perundingan mengenai kesepakatan nuklir.

Sebagai bagian dari kampanye tekanan maksimum terhadap Teheran, pejabat pertahanan dan intelijen AS sebelumnya telah bertemu dengan mitra mereka dari Arab Saudi dan UEA di Washington, D.C., pada Maret lalu, bertepatan dengan meningkatnya serangan Houthi di Yaman.

Di tengah meningkatnya ketegangan, pemerintahan Trump bahkan mempercepat penjualan senjata ke Qatar dan Arab Saudi. Qatar diberikan izin untuk membeli drone tempur MQ-9 Reaper, sementara Arab Saudi mendapatkan sistem senjata yang dapat meningkatkan akurasi roket udara menjadi roket darat presisi.Trump juga mengumumkan rencana kunjungannya ke Arab Saudi dan beberapa negara Teluk lainnya pada Mei mendatang, yang diperkirakan akan membahas situasi Iran.

AS Alihkan Serangan ke Diego Garcia

Menyusul penolakan negara-negara Teluk, AS mulai mengerahkan pesawat pembom B-2 ke pangkalan militer Diego Garcia di Samudra Hindia. Langkah ini bukan yang pertama kali dilakukan AS—pada akhir 1990-an, pangkalan ini juga digunakan sebagai lokasi peluncuran serangan ke Irak ketika Arab Saudi menutup wilayah udaranya bagi operasi militer AS.

Menurut data satelit dari Planet Labs, sedikitnya lima pesawat B-2 telah terlihat di Diego Garcia. Dengan jarak sekitar 5.300 kilometer dari Iran, pangkalan ini masih berada dalam jangkauan operasi pengisian bahan bakar B-2, yang memiliki jangkauan hingga 11.000 kilometer.

B-2 diketahui dapat membawa bom penghancur bunker seberat 30.000 pon, Massive Ordnance Penetrator, yang dirancang khusus untuk menargetkan fasilitas nuklir Iran yang dibangun di bawah tanah.

Ancaman Balasan Iran

Iran telah mengeluarkan peringatan bahwa jika diserang, mereka akan menargetkan fasilitas minyak negara-negara Teluk. Pada Oktober 2024, Iran berhasil menangkal serangan Israel dengan mengancam infrastruktur energi negara-negara sekutu AS di kawasan tersebut.

Namun, dengan menggunakan Diego Garcia sebagai pangkalan operasi, AS dapat menghindari penggunaan wilayah udara negara-negara Teluk, memberikan mereka alasan untuk menyatakan tidak terlibat dalam konflik tersebut.

Dalam wawancara terbaru pada Sabtu (29/3/2025), Trump mengancam akan “membom Iran seperti yang belum pernah mereka lihat sebelumnya” jika negara itu tidak tunduk pada tuntutan nuklir AS.

AS, melalui penasihat keamanan nasional Mike Waltz, bersikeras menuntut “pembongkaran penuh” program nuklir Iran. Namun, Iran menegaskan bahwa program nuklir mereka hanya untuk tujuan sipil dan menolak tuntutan Washington.

Tegangan yang meningkat ini juga berpotensi menyeret Rusia ke dalam konflik, mengingat Moskow merupakan mitra utama Iran dalam pengembangan tenaga nuklir, termasuk proyek pembangkit listrik di Bushehr yang dikerjakan oleh perusahaan energi negara Rusia, Rosatom.[]

Putri Aulia Maharani

Internasional