MYANMAR – Gempa bumi berkekuatan 7,7 magnitudo mengguncang Myanmar pada 28 Maret 2025, mengakibatkan kerusakan besar di sejumlah wilayah, termasuk kehancuran kota kuno Ava yang terletak di Wilayah Mandalay. Bencana ini juga berdampak parah pada situs-situs keagamaan dan warisan budaya setempat.
Menurut laporan Anadolu Agency, gempa tersebut menyebabkan sedikitnya 300 korban jiwa di kota Tada-U, sekitar 10 kilometer dari ibu kota Mandalay. Warga melaporkan bahwa masih banyak jenazah yang tertimbun di bawah reruntuhan bangunan.
“Seluruh bangunan dan rumah di Tada-U rata dengan tanah. Kami kehilangan segalanya,” ungkap seorang warga setempat.Jumlah korban tewas terus meningkat. Berdasarkan data dari Myanmar Now, hingga Kamis (3/4), tercatat 3.085 orang meninggal dunia, 4.719 mengalami luka-luka, dan 341 orang lainnya dinyatakan hilang.
Dampak gempa juga terasa hingga negara tetangga. Di Thailand, sedikitnya 22 orang meninggal dunia dan 70 lainnya dilaporkan hilang setelah sebuah gedung pencakar langit yang sedang dalam tahap pembangunan runtuh. Informasi ini disampaikan oleh Layanan Penyiaran Publik Thailand (Thai PBS).
Sebagai bentuk solidaritas internasional, berbagai negara dan organisasi global telah menyalurkan bantuan. Bank Pembangunan Asia (ADB) mengumumkan pemberian hibah sebesar USD 3 juta untuk membantu masyarakat Myanmar, dengan fokus pada distribusi makanan, bantuan tunai multiguna, serta penyediaan air bersih, obat-obatan, dan tempat tinggal darurat.
Inggris menjanjikan bantuan hingga USD 12 juta, sementara Australia dan Amerika Serikat masing-masing memberikan USD 2 juta. Dana Darurat Pusat Perserikatan Bangsa-Bangsa juga mengalokasikan bantuan sebesar USD 5 juta.
Selanjutnya, Australia kembali mengumumkan tambahan bantuan sebesar USD 7 juta. Jepang menyumbangkan USD 6 juta dan China sebesar USD 13,8 juta. Negara-negara Asia Tenggara seperti Malaysia, Singapura, dan Thailand turut mengirimkan tim bantuan. China bahkan telah mendirikan pusat penampungan darurat pertama di Myanmar.
Sementara itu, tim penyelamat dari SMART (Search and Rescue) berhasil mengevakuasi korban yang terjebak selama lebih dari 72 jam di bawah reruntuhan bangunan, memberikan harapan di tengah duka mendalam yang melanda Myanmar.[]
Putri Aulia Maharani