MYANMAR – Tim Indonesia Search and Rescue (INASAR) kembali menunjukkan kemampuan dan dedikasinya dalam misi kemanusiaan internasional. Dalam operasi pencarian dan penyelamatan di wilayah Thukha Theiddhi Ward, Myanmar, tim INASAR berhasil menemukan tiga korban tewas di bawah reruntuhan sebuah gedung perumahan yang dihuni oleh pegawai negeri sipil. Lokasi ini merupakan salah satu titik terdampak gempa bumi yang mengguncang Myanmar beberapa hari lalu.
Pencarian dilakukan bersama dengan tim Fire Brigades Myanmar, memperlihatkan sinergi yang kuat antarnegara dalam menangani bencana alam yang berskala besar. Komandan regu Tim Alpha INASAR, Stefanus Harrendra, menjelaskan bahwa metode pencarian dimulai dengan teknik hailing—memanggil korban secara verbal untuk mendeteksi respons dari yang masih hidup. Setelah tidak ditemukan respons, tim melibatkan unit K9 atau anjing pelacak guna mendeteksi tanda-tanda keberadaan manusia di bawah puing.
“Kami mencurigai ada dua titik yang kemungkinan terdapat korban. Namun, setelah tidak ada respons serta tercium bau menyengat, kami dapat memastikan bahwa korban sudah meninggal dunia,” ujar Stefanus dalam keterangan resminya.
Dengan menggunakan alat search cam, tim melakukan pengamatan lebih dalam terhadap dua titik tersebut. Selanjutnya, mereka menerapkan teknik cutting, breaking, dan breaching untuk membuka akses menuju lokasi korban. Teknik ini digunakan dalam kondisi bangunan runtuh berat, terutama pada kasus “pancake collapse”—yaitu ketika struktur bangunan runtuh bertingkat dan lantai-lantainya menimpa satu sama lain, menyulitkan proses evakuasi.
Dalam upaya menjaga keselamatan personel di lapangan, tim juga mengandalkan alat canggih seperti Warning Alarm for Stability Protection (WASP) untuk mendeteksi getaran serta memastikan kestabilan bangunan selama operasi berlangsung.
Evakuasi korban ketiga menjadi tantangan tersendiri. Korban ditemukan dalam posisi duduk, tertimpa oleh kolom penyangga yang ambruk. Proses evakuasi memakan waktu lebih lama karena kondisi yang kompleks dan berisiko tinggi.
Tak hanya fokus pada pencarian korban jiwa, tim medis dari INASAR juga menunjukkan tanggung jawab kemanusiaannya. Seorang anggota Fire Brigades Myanmar yang terluka akibat laserisasi segera mendapat penanganan pertama dari tim medis Indonesia. Tindakan cepat ini sangat membantu menjaga semangat dan keselamatan seluruh tim pencari.
Keberhasilan misi ini kembali menegaskan bahwa Indonesia tidak hanya memiliki kemampuan tanggap darurat bencana berskala nasional, tetapi juga siap berkontribusi dalam operasi kemanusiaan internasional. Kerja sama yang solid, kesiapan teknis, dan semangat kemanusiaan menjadi pilar utama keberhasilan tim INASAR.
Sebagai bagian dari komitmen Indonesia dalam mendukung bantuan kemanusiaan global, misi di Myanmar ini menjadi bukti nyata kontribusi bangsa dalam membantu negara sahabat menghadapi masa-masa sulit. []
Putri Aulia Maharani