Pertemuan antara Presiden Terpilih Prabowo Subianto dan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri menarik perhatian publik dan pengamat politik nasional, bukan hanya karena melibatkan dua tokoh besar dalam sejarah politik Indonesia, tetapi juga karena berlangsung tanpa sepengetahuan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Langkah ini memunculkan spekulasi mengenai arah komunikasi dan relasi politik yang sedang dibangun oleh Prabowo menjelang pelantikannya.
Sufmi Dasco Ahmad, Ketua Harian Partai Gerindra, menyatakan bahwa Prabowo tidak berkonsultasi terlebih dahulu dengan Jokowi mengenai pertemuan tersebut. Menurutnya, silaturahmi antar-elit adalah hal yang wajar dalam dinamika demokrasi. Namun, dalam konteks transisi kekuasaan dan potensi rekonsiliasi antar-partai besar, langkah ini mengindikasikan bahwa Prabowo tengah menyusun fondasi politiknya secara mandiri, termasuk membuka ruang komunikasi dengan PDIP yang sebelumnya menjadi poros kekuatan oposisi dalam Pilpres 2024.
Pertemuan yang berlangsung sekitar 1,5 jam itu disebut berlangsung dalam suasana akrab dan kekeluargaan. Meski tidak banyak informasi substantif yang dibuka ke publik, Dasco menyatakan bahwa pembicaraan menyentuh isu global dan tantangan Indonesia ke depan. Kehadiran tokoh-tokoh strategis seperti Budi Gunawan dan Ahmad Muzani dalam pertemuan tersebut memperkuat sinyal bahwa pertemuan ini memiliki dimensi politik yang serius.
Pengamat menilai bahwa pertemuan ini berpotensi membuka jalan kerja sama atau setidaknya normalisasi hubungan antara Gerindra dan PDIP setelah kontestasi politik. Ini juga menjadi langkah strategis Prabowo dalam membangun dukungan politik yang luas di tengah potensi tantangan global dan domestik yang kompleks.
Namun, absennya komunikasi awal dengan Jokowi bisa menimbulkan persepsi adanya jarak atau bahkan perubahan arah strategi politik Prabowo terhadap pemerintahan sebelumnya. Di sisi lain, Megawati sebagai mantan Presiden dan pemimpin partai besar tentu menjadi figur penting dalam lanskap kekuasaan nasional yang tidak bisa diabaikan.