JAKARTA – Langkah Presiden Prabowo Subianto yang menyambangi kediaman Presiden ke-5 RI, Megawati Soekarnoputri, usai Hari Raya Idul Fitri, mendapat apresiasi dari berbagai kalangan. Sekretaris Jenderal Partai NasDem, Hermawi Taslim, menilai bahwa silaturahmi tersebut merupakan langkah tepat dan mencerminkan etika kenegaraan yang baik. Menurut Hermawi, sebagai kepala negara, Prabowo menunjukkan sikap yang patut dicontoh dengan tetap menjaga komunikasi dan hubungan baik dengan tokoh-tokoh nasional, termasuk Megawati.
“Silaturahmi adalah langkah bagus. Setiap pemimpin seharusnya terus menjaga tali silaturahmi,” ujar Hermawi kepada awak media, Rabu (9/4/2025). Ia menekankan bahwa seorang presiden bukan hanya pemimpin administratif, tetapi juga pelayan kebangsaan yang memiliki kewajiban untuk merawat persatuan dengan menghormati para pendahulunya.
Kunjungan Prabowo ke kediaman Megawati di Jalan Teuku Umar, Jakarta Pusat, pada Senin (7/4), dijelaskan lebih lanjut oleh Ketua MPR RI sekaligus Sekjen Partai Gerindra, Ahmad Muzani. Ia menyebut bahwa kunjungan tersebut tidak dilandasi pertimbangan politik khusus, melainkan semata-mata bentuk tata krama seorang junior kepada senior. “Presiden Ibu Mega kan senior, usianya lebih tua, jadi sangat wajar bila Presiden Prabowo mendahului bersilaturahmi,” kata Muzani.
Menariknya, sebelum pertemuan berlangsung, Presiden Prabowo telah lebih dulu mengirimkan parsel berisi sayur mayur organik kepada Megawati. Muzani menjelaskan bahwa hasil bumi tersebut berasal dari para petani lokal Indonesia, sebagai bentuk perhatian sekaligus penghormatan menjelang Idul Fitri.
Dalam pertemuan tersebut, Megawati juga berbagi pengalaman saat menjabat sebagai presiden, khususnya dalam menghadapi tantangan pemulihan ekonomi nasional di masa sulit. Pembahasan berkembang ke arah isu global, termasuk kebijakan tarif Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang turut berdampak pada produk ekspor Indonesia. Tarif sebesar 32% terhadap beberapa produk Indonesia disebut menjadi perhatian serius yang dibahas dalam pertemuan tersebut.
Keduanya sepakat bahwa kondisi ekonomi saat ini harus dijadikan momentum bagi produk dalam negeri untuk bangkit dan menjadikan Indonesia sebagai tuan rumah di negeri sendiri. Dialog tersebut pun dianggap sebagai simbol pentingnya menjaga komunikasi lintas generasi dan lintas partai demi persatuan nasional di tengah tantangan global yang kompleks.