GUNUNG MAS – Beberapa poros jalan di Kabupaten Gunung Mas (Gumas), Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) rusak parah dengan kondisi jalan babak belur. Di antaranya adalah ruas Jalan Tewah-Tumbang Miri, Kecamatan Kahayan Hulu Utara. Kondisinya memprihatinkan, permukaan jalan babak belur akibat lalulintas kendaraan berat dan cuaca hujan.
Di ruas jalan tersebut, kubangan lumpur bahkan mencapai ketinggian pinggang orang dewasa. Hingga saat ini, kerusakan jalur tersebut belum diperbaiki. Banyak faktor yang menyebabkan akses satu-satunya menuju tiga kecamatan di wilayah Gumas itu, hampir tidak bisa dilewati. Akibat kerusakkan itu, banyak pengguna kendaraan bermotor mengeluh.
Rusa jalan dengan permukaan dasar tanah kuning itu saat ini teksturnya sangat lembek. Tingginya intensitas curah hujan di Gumas dan sekitarnya, menyebabkan jalan yang biasanya digunakan warga untuk beraktivitas, menjadi tidak maksimal.
Lewatnya berbagai kendaraan dan aktivitas, membuat jalur itu mengalami penurunan. Akibatnya permukaan tanah menjadi kubangan lumpur dan becek. Mobil dan kendaraan tidak mampu melewati jalur itu. Bahkan kendaraan roda empat yang menggunakan dobel gardan, juga ikut terjebak, alias amblas. Ironisnya, kondisi ini diperparah dengan tingginya mobilitas truk pengangkut kayu yang hilir mudik melewati jalur itu.
Truk-truk milik perusahaan yang beroperasi di wilayah sekitar, diduga mengangkut kayu-kayu dengan berat melebihi kapasitas. Akibatnya, permukaan tanah tidak sanggup menahan beban yang melebihi kapasitas. Salah satu contohnya, truk yang beberapa waktu lalu lewat, membawa angkutan kayu dengan jumlah 10 meter kubik.
Ada enam truk bergerak menuju Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Sayangnya salah satu dari truk bernasib sial. Muatan berlebih dan jalan yang menanjak tajam membuat salah satu komponen truk patah. Otomatis, truk berjalan mundur dan jatuh ke jurang. Namun, kecelakaan dan jumlah kerugian, tidak menjadi fokus permasalahan.
Muatannya yang jadi sorotan. Bayangkan ada enam truk dengan jumlah muatan yang sama serta beriringan, melewati jalur Tewah-Tumbang Miri. Satu truk saja bisa membuat kerusakan yang cukup parah. Di sektor transportasi jalur ini hampir tidak bisa dilewati. Perlu waktu satu hari satu malam untuk bisa mencapai tujuan. Menurut Camat Kahayan Hulu Utara, Hardiman, jalur ini diibaratkan sebuah selokan atau parit.
Kubangan lumpur mencapai ketinggian pinggang orang dewasa, bahkan lebih. “Akhirnya kami memilih menggunakan transportasi air, berupa kelotok,” kata Hardiman.
Kendati harganya mahal, lebih baik dari pada harus bersusah payah melewati becek di jalur darat. Sementara sektor lainnya, juga sama parahnya. Pasokan sembako menjadi tertahan dan langka. Dampaknya berpengaruh pada peningkatan harga kebutuhan pokok, yang semakin tinggi.
Energi seperti minyak dan lainnya, membuat PLN di kawasan itu, harus melaksanakan pemadaman bergilir. Parahnya, apabila masih saja dibiarkan berlarut-larut, bisa saja kedepan masyarakat di jalur yang memiliki akses penting dan satu-satunya itu, menjadi terisolir. [] KKP