JAKARTA – Bank Indonesia melaporkan peningkatan signifikan pada posisi utang luar negeri (ULN) Indonesia hingga akhir Maret 2025. Dalam laporan terbarunya, tercatat bahwa total ULN Indonesia mencapai USD 430,4 miliar, atau setara lebih dari Rp7.100 triliun dengan asumsi kurs Rp16.500 per dolar AS. Angka ini mencerminkan pertumbuhan tahunan sebesar 6,4% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Kenaikan tersebut menunjukkan bahwa Indonesia masih mengandalkan pembiayaan dari luar negeri dalam mendukung berbagai kebutuhan pembangunan, baik oleh sektor pemerintah maupun swasta. Namun, peningkatan ini juga mengharuskan pemerintah untuk terus mengelola ULN secara hati-hati agar tidak membebani stabilitas ekonomi nasional.
Bank Indonesia menyebutkan bahwa struktur ULN Indonesia masih tergolong sehat, dengan proporsi utang jangka panjang yang mendominasi total utang luar negeri. Hal ini memberikan ruang bagi pemerintah untuk menjaga likuiditas dan mengurangi risiko pembiayaan jangka pendek.
Meski demikian, peningkatan ULN tetap menjadi perhatian, terutama dalam situasi ekonomi global yang tidak menentu. Fluktuasi nilai tukar, suku bunga internasional, dan ketegangan geopolitik menjadi tantangan tersendiri bagi pengelolaan utang luar negeri negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah terus menekankan pentingnya transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan ULN, serta mendorong penggunaan utang untuk pembiayaan proyek-proyek produktif, seperti pembangunan infrastruktur, energi, dan pendidikan.
Seiring dengan itu, Bank Indonesia juga terus memantau ketahanan sektor eksternal melalui berbagai indikator, termasuk rasio utang luar negeri terhadap produk domestik bruto (PDB), cadangan devisa, serta beban pembayaran utang terhadap pendapatan ekspor.
Informasi lebih lanjut mengenai perkembangan ULN Indonesia dapat disimak dalam program Power Lunch di CNBC Indonesia pada Kamis, 15 Mei 2025.[]
Putri Aulia Maharani