JAKARTA — Nilai tukar dolar Singapura (SGD) menunjukkan penguatan signifikan terhadap rupiah sejak awal tahun 2025. Berdasarkan data Refinitiv, pada 1 Januari 2025, kurs SGD tercatat di kisaran Rp11.775 per dolar Singapura. Namun hingga Jumat, 16 Mei 2025, nilainya telah melonjak ke level Rp12.639 per dolar Singapura di pasar spot—menandai kenaikan lebih dari 7,3% dalam waktu kurang dari lima bulan.
Bahkan, pada 28 April 2025, mata uang Negeri Singa ini sempat mencatatkan rekor tertinggi sepanjang masa di level Rp12.875 per dolar Singapura, mendekati ambang psikologis Rp13.000.
Penguatan dolar Singapura ini ditopang oleh sejumlah faktor fundamental. Stabilitas ekonomi Singapura yang ditandai oleh surplus transaksi berjalan, cadangan devisa yang besar, dan inflasi yang terkendali, menjadi fondasi utama kekuatan mata uang tersebut. Kebijakan moneter yang dijalankan Otoritas Moneter Singapura (Monetary Authority of Singapore/MAS) juga turut memperkuat posisi SGD. Berbeda dengan kebanyakan bank sentral yang fokus pada suku bunga, MAS mengelola stabilitas melalui nilai tukar.
Selain itu, status dolar Singapura sebagai mata uang safe haven di kawasan Asia menjadikannya pilihan utama investor global di tengah gejolak ekonomi dunia. Permintaan terhadap SGD juga meningkat akibat tren global yang cenderung mendiversifikasi kepemilikan dari dolar Amerika Serikat.
Namun, sejumlah analis mulai mengingatkan bahwa masa keemasan SGD berpotensi mengalami tekanan dalam waktu dekat. Perlambatan inflasi dan kekhawatiran atas kinerja ekonomi global maupun domestik menjadi tantangan tersendiri.
MAS baru-baru ini mengambil langkah akomodatif dengan memperlambat laju apresiasi dari pita kebijakan nilai tukar efektif nominal (S$NEER), serta menurunkan proyeksi inflasi inti untuk tahun 2025 menjadi 0,5% hingga 1,5%. Kebijakan ini berpotensi mengurangi daya tarik mata uang Singapura bagi investor asing.
Selain itu, proyeksi pelonggaran kebijakan moneter di Amerika Serikat diperkirakan akan mempersempit selisih suku bunga antara kedua negara, yang bisa mengurangi arus masuk modal ke Singapura dan memperlemah nilai tukar SGD.
“Ada kemungkinan S$NEER akan mulai melemah ke arah titik tengah ketika data konkret mulai bergeser ke arah pesimisme yang semakin tercermin dalam data survei,” ujar Moh Siong Sim, analis strategi valas di Bank of Singapore.
Sementara itu, Saktiandi Supaat, kepala penelitian valas di Maybank, menilai bahwa MAS mungkin akan mengambil langkah untuk mengendalikan apresiasi yang berlebihan. “MAS akan mencermati apresiasi lebih lanjut dalam S$NEER dan mereka akan hadir untuk memoderasi setiap penguatan yang terlalu besar,” ungkapnya.
Dengan berbagai dinamika tersebut, para pelaku pasar akan terus memantau arah kebijakan MAS dan indikator ekonomi global yang dapat memengaruhi prospek dolar Singapura ke depan.[]
Putri Aulia Maharani