JAKARTA – Ilmuwan dari Universitas Kyushu, Jepang, dan Universitas Stanford, Amerika Serikat, berhasil mengungkap rahasia genetik di balik warna khas kucing oranye. Penemuan ini menjadi tonggak penting dalam memahami kaitan antara genetika, kesehatan, dan perilaku kucing domestik.
Dilansir dari BBC, Senin (19/5/2025), riset yang mendapat dukungan dana dari para pecinta kucing di seluruh dunia ini menemukan bahwa gen ARHGAP36 memiliki peran utama dalam menentukan warna bulu kucing oranye. Gen tersebut menjadi lebih aktif akibat hilangnya sebagian kecil kode DNA, yang biasanya berfungsi menghambat produksi pigmen warna terang.
“Tanpa bagian penghambat ini, gen memproduksi lebih banyak pigmen warna jingga,” ungkap tim peneliti.
● Fenomena Genetik dan Warna Bulu
Sebagian besar kucing oranye berjenis kelamin jantan. Hal ini berkaitan erat dengan pewarisan gen yang berada pada kromosom X. Kucing jantan, yang hanya memiliki satu kromosom X, cukup mengalami mutasi pada satu salinan gen untuk menghasilkan warna oranye menyeluruh. Sementara itu, kucing betina, yang memiliki dua kromosom X, memerlukan mutasi pada kedua salinan gen untuk menampilkan warna oranye serupa—hal yang jauh lebih jarang terjadi.
Prof. Hiroyuki Sasaki dari Universitas Kyushu menjelaskan bahwa kucing betina dengan warna belang merah dan hitam (calico) mencerminkan proses biologis yang disebut X-chromosome inactivation. Proses ini terjadi secara acak di setiap sel selama perkembangan embrio, menghasilkan pola warna bulu yang unik.
● Dari Penelitian Genetik ke Potensi Medis
Menariknya, gen ARHGAP36 tidak hanya aktif pada kulit dan rambut, tetapi juga ditemukan dalam jaringan otak dan kelenjar endokrin. Para peneliti kini mulai menelusuri kemungkinan kaitannya dengan kondisi kesehatan atau bahkan temperamen hewan peliharaan.
Gen ini pun telah ditemukan pada manusia dan berpotensi berkaitan dengan penyakit seperti kanker kulit dan kerontokan rambut, membuka peluang baru untuk penelitian medis lintas spesies.
●Kucing Oranye: Lebih Berani dan Ekstrover?
Selain aspek genetik dan kesehatan, penelitian ini juga menyinggung asumsi umum bahwa kucing oranye cenderung lebih agresif dan aktif. Roger Tabor, ahli biologi perilaku kucing dari Inggris, mengungkap bahwa kucing jantan oranye biasanya lebih besar secara fisik dibandingkan kucing lain, dan karakter ini dapat berkontribusi pada persepsi mereka sebagai kucing yang dominan.
“Secara statistik, kucing jantan oranye cenderung lebih berat dan lebih tinggi. Ukuran tubuh yang besar mungkin memengaruhi cara mereka berperilaku,” ujar Tabor.
Meski demikian, hingga kini belum ada bukti ilmiah kuat yang secara langsung menghubungkan warna bulu dengan kepribadian kucing. Namun, temuan ini membuka ruang eksplorasi baru tentang bagaimana genetika dapat berpengaruh pada perilaku hewan peliharaan.
● Penelitian dari Cinta Kucing
Proyek ini dimulai dari minat pribadi Prof. Sasaki terhadap kucing oranye. Ia melanjutkan riset ini meskipun sudah pensiun, dengan dukungan dana dari komunitas pecinta kucing di seluruh dunia, termasuk dari anak-anak sekolah yang menyumbangkan uang sakunya. Total dana yang terkumpul mencapai lebih dari 10 juta yen atau sekitar Rp1,2 miliar.
“Ini bukti bahwa sains bisa tumbuh dari rasa sayang dan dukungan masyarakat,” ujar Sasaki.
Dengan ditemukannya rahasia genetik di balik kucing oranye, dunia ilmu pengetahuan kini semakin dekat memahami bukan hanya penampilan, tetapi juga potensi kesehatan dan kepribadian dari sahabat berbulu ini.[]
Putri Aulia Maharani