Transmigrasi Garap Lembantongoa Jadi Pusat Ekonomi Kopi

Transmigrasi Garap Lembantongoa Jadi Pusat Ekonomi Kopi

JAKARTA – Kementerian Transmigrasi tengah mempersiapkan pelaksanaan lima program unggulan di Kawasan Transmigrasi Desa Lembantongoa, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah. Kawasan ini dikenal memiliki potensi besar dalam sektor pertanian, khususnya komoditas kopi yang kini mulai berkembang menjadi salah satu unggulan daerah.

Menteri Transmigrasi, Muhammad Iftitah Sulaiman Suryanagara, menegaskan bahwa pengembangan transmigrasi saat ini tengah diarahkan untuk menciptakan kawasan ekonomi yang produktif. Lima program unggulan yang digagas kementerian yakni: Trans Tuntas, Trans Lokal, Trans Patriot, Trans Karya Nusantara, dan Trans Gotong Royong.

“Hari ini transmigrasi sedang mengalami proses transformasi, perubahan ke arah yang lebih baik. Transmigrasi baru adalah pembuatan kawasan ekonomi, saat ini Kementerian Transmigrasi sedang menyusun sedemikian rupa untuk perencanaannya melalui lima program unggulan tersebut,” ujar Iftitah dalam keterangannya, Jumat (06/06/2025).

Dalam kunjungannya ke Desa Lembantongoa, Kamis (05/06/2025), Iftitah menyampaikan bahwa produksi kopi di kawasan tersebut cukup menjanjikan. Hasil panen kopi setiap bulan rata-rata mencapai 200 kilogram, dengan harga per kilogram sebesar Rp 65.000. Sementara panen raya yang terjadi pada September hingga Desember bisa mencapai 300 kilogram.

Lebih lanjut, ia menyebutkan bahwa hilirisasi produk kopi telah berkembang. Saat ini terdapat permintaan terhadap kopi sangrai (roasted bean) robusta sebanyak 1 ton dan arabika 200 kilogram. Permintaan diprediksi meningkat hingga dua ton per bulan dalam kurun waktu satu hingga dua tahun ke depan.

Kementerian juga mengerahkan Tim Ekspedisi Patriot sebagai bagian dari program Trans Patriot. Tim ini akan mendampingi masyarakat dalam menggali dan mengembangkan potensi ekonomi lokal.

“Trans Patriot ini pendampingan dari manusia-manusia unggul, berpengetahuan lebih, jadi nanti di Kawasan Transmigrasi punya ‘google’ dan kamus berjalan. Dengan melibatkan pendidikan tinggi, mendatangkan orang pintar, memberikan sudut pandang berbeda dan paham akan value,” terang Iftitah.

Ia mencontohkan bahwa sumber air panas di daerah lain telah dimanfaatkan sebagai energi listrik berkat pendampingan yang tepat. Hal serupa diharapkan bisa diterapkan di kawasan transmigrasi.

Selain itu, Iftitah turut mengapresiasi harmonisasi antara masyarakat lokal dan pendatang di Lembantongoa. Menurutnya, keberhasilan pengembangan kawasan tidak lepas dari kerja keras masyarakat dan peran aktif pemerintah daerah.

“Saya tadi sudah bertemu dengan masyarakat dan transmigran di Lembantongoa bagaimana mereka mempunyai daya juang tinggi untuk membangun potensi daerahnya. Itu juga tidak lepas dari kerja keras pimpinan daerah setempat baik bupati maupun gubernur,” tutupnya. []

Diyan Febriana Citra.

Hotnews Nasional