China Alami Penurunan 70% dalam Ekspor Magnet Tanah Jarang, Terendah Sejak 2015

JAKARTA – Ekspor magnet tanah jarang China mengalami penurunan tajam pada Mei 2025, mencerminkan dampak dari pembatasan ekspor yang diberlakukan Beijing di tengah ketegangan dagang dengan Amerika Serikat.

Berdasarkan data bea cukai yang dirilis Jumat (20/6), nilai ekspor magnet tanah jarang dari China turun hingga 70 persen secara tahunan (year-on-year/yoy). Penurunan tersebut menjadikan volume ekspor berada di bawah US$60 juta—angka terendah sejak 2015, di luar periode pandemi Covid-19.

Kebijakan pembatasan ini mulai berlaku sejak April, di mana pemerintah China mewajibkan pelaku usaha memperoleh lisensi sebelum dapat mengekspor material strategis seperti tanah jarang. Langkah ini dipandang sebagai respons terhadap berbagai pembatasan perdagangan yang sebelumnya diberlakukan Amerika Serikat terhadap produk-produk asal China.

Penurunan ekspor magnet tanah jarang tidak hanya dirasakan Amerika Serikat, tetapi juga menyentuh pasar Eropa. Data menunjukkan ekspor China ke Uni Eropa pada Mei merosot hingga 81 persen secara tahunan.

Para pelaku industri, khususnya sektor otomotif, menyatakan kekhawatirannya atas proses penerbitan lisensi yang dinilai tidak konsisten dan sulit diprediksi. Magnet tanah jarang merupakan komponen vital dalam pembuatan kendaraan listrik, peralatan elektronik, dan teknologi pertahanan.

Meski begitu, setelah pertemuan bilateral antara China dan AS di London pada awal bulan ini, Beijing mengumumkan bahwa sejumlah lisensi ekspor telah diberikan. Presiden Amerika Serikat Donald Trump bahkan menyatakan melalui platform Truth Social bahwa China akan memasok kebutuhan tanah jarang “di muka” kepada AS.

Sebagai bentuk pelonggaran, China juga mengumumkan akan membuka “saluran hijau” untuk mempermudah ekspor tanah jarang ke negara-negara anggota Uni Eropa. Namun, realisasi kebijakan ini belum mampu membendung penurunan tajam dalam perdagangan.

China merupakan produsen dan eksportir utama tanah jarang dunia, menjadikannya aktor kunci dalam rantai pasok global untuk sektor-sektor teknologi tinggi. Penurunan drastis ekspor magnet tanah jarang ini dikhawatirkan dapat mengganggu stabilitas industri global di tengah meningkatnya tensi geopolitik dan persaingan teknologi.[]

Putri Aulia Maharani

Internasional