Ekonomi Eropa Alami Penundaan Pemulihan

Ekonomi Eropa Alami Penundaan Pemulihan

JAKARTA — Pemulihan ekonomi di kawasan Eropa menunjukkan tanda-tanda stagnasi pada Juni 2025. Berdasarkan hasil survei terkini yang dirilis sejumlah lembaga riset ekonomi, pertumbuhan aktivitas bisnis nyaris tak mengalami kemajuan, bahkan cenderung stagnan. Tren tersebut terutama dipengaruhi oleh kinerja sektor manufaktur yang terus mengalami tekanan, meski sektor jasa memberikan sedikit penopang.

Dalam laporan yang dipaparkan dalam program Manufacture Check CNBC Indonesia, Senin (23/6/2025), tercatat bahwa sektor jasa masih mencatatkan ekspansi tipis. Namun, hal itu belum cukup untuk menutupi pelemahan signifikan yang terjadi pada sektor industri, khususnya manufaktur yang mengalami penurunan tajam dalam tiga bulan terakhir.

Survei Purchasing Managers’ Index (PMI) dari S&P Global menunjukkan bahwa indeks komposit di kawasan euro hanya naik tipis ke level 50,1 pada Juni. Angka ini berada tepat di atas ambang batas stagnasi (50), yang mengindikasikan bahwa pertumbuhan masih berjalan sangat lambat dan rentan menuju kontraksi jika tidak didukung oleh stimulus tambahan.

Kondisi ini turut mencerminkan tekanan dari berbagai faktor eksternal, seperti ketidakpastian geopolitik global, gangguan pasokan energi, serta kenaikan suku bunga yang terus dilakukan oleh Bank Sentral Eropa (ECB) dalam upaya mengendalikan inflasi.

Industri manufaktur Eropa dilaporkan masih mengalami perlambatan permintaan ekspor, terutama dari pasar Tiongkok dan negara-negara berkembang lainnya. Sementara itu, daya beli masyarakat di dalam negeri pun belum sepenuhnya pulih akibat tekanan harga dan upah yang belum naik secara merata.

Ekonom dari Frankfurt School of Finance, Anna Schreiber, menyatakan bahwa kinerja sektor jasa saat ini menjadi penyelamat utama, meskipun fondasinya belum kuat. “Kita melihat adanya pertumbuhan di sektor jasa, tetapi jika manufaktur terus turun, maka tekanan terhadap PDB secara keseluruhan akan meningkat,” ujarnya.

Para analis memperkirakan bahwa Eropa memerlukan kebijakan fiskal yang lebih terarah dan insentif industri jangka pendek untuk menghindari resesi teknikal. Meski demikian, tantangan struktural dan ketergantungan terhadap energi impor masih menjadi beban berat bagi prospek pemulihan jangka menengah kawasan tersebut.[]

Putri Aulia Maharani

Internasional