JAKARTA — Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengonfirmasi bahwa pihaknya telah melancarkan serangan udara ke tiga fasilitas nuklir utama milik Iran pada Minggu pagi (22/6/2025). Serangan ini menandai keterlibatan langsung AS dalam konflik bersenjata antara Israel dan Iran, yang tengah memanas di kawasan Timur Tengah.
Dalam pidato yang disiarkan langsung di televisi nasional, Trump menyatakan bahwa target serangan mencakup fasilitas pengayaan uranium di Natanz, Isfahan, dan Fordow. Menurutnya, aksi militer ini bertujuan untuk menghentikan ancaman nuklir dari Iran.
“Malam ini, saya dapat melaporkan kepada dunia bahwa serangan tersebut merupakan keberhasilan militer yang spektakuler. Fasilitas pengayaan nuklir utama Iran telah dihancurkan secara total dan menyeluruh,” ujar Trump, sembari memperingatkan Iran agar tidak melakukan pembalasan.
Iran membantah tuduhan bahwa program nuklirnya ditujukan untuk membuat senjata, dan menyatakan bahwa kegiatan tersebut sepenuhnya untuk kepentingan sipil. Pernyataan itu diperkuat oleh Badan Energi Atom Internasional (IAEA) yang tidak menemukan bukti bahwa Iran sedang membangun senjata nuklir.
Menanggapi serangan itu, Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi menegaskan bahwa era diplomasi telah berakhir. Ia menyatakan Iran memiliki hak untuk membela diri, dan menyebut AS sebagai “pemerintah pelanggar hukum yang bertanggung jawab penuh atas konsekuensi dari agresi ini.”
Sejumlah fasilitas yang diserang memiliki nilai strategis tinggi. Fordow, yang berada 48 km dari Qom, adalah situs pengayaan bawah tanah yang dibangun pada 2006. Natanz dikenal sebagai pusat pengayaan terbesar, sementara Isfahan merupakan lokasi penelitian dan konversi uranium yang dibangun sejak 1970-an.
Namun, meski Trump mengklaim kerusakan total, data independen belum dapat memastikan dampak riil serangan. Menteri Pertahanan AS menyebut bahwa “amunisi presisi menghantam target dengan akurasi,” tetapi laporan dari IAEA menyebut tidak ada peningkatan kadar radiasi pasca serangan.
Seorang pejabat senior Israel menyatakan bahwa meskipun program nuklir Iran mengalami hambatan, fasilitas Fordow tidak sepenuhnya hancur. Hal ini menimbulkan pertanyaan mengenai keberhasilan strategis serangan tersebut.
Analis Timur Tengah Trita Parsi menyebut bahwa selama Iran masih memiliki cadangan uranium yang diperkaya, maka potensi persenjataan nuklir tetap ada. “Aset nuklir Iran yang paling berharga adalah stok uraniumnya. Jika itu tetap aman, maka proyek nuklirnya masih hidup,” ungkap Parsi.
Di sisi lain, seorang penasihat Ayatollah Ali Khamenei memperingatkan bahwa semua pangkalan militer AS yang terlibat dalam serangan ini kini menjadi target sah. Iran menyebut tindakan Washington sebagai pengkhianatan terhadap diplomasi, dan menjanjikan “konsekuensi abadi” atas keterlibatannya dalam konflik.[]
Putri Aulia Maharani