Serangan Israel Menewaskan 60 Warga Gaza Jelang Pembicaraan Gencatan Senjata

Serangan Israel Menewaskan 60 Warga Gaza Jelang Pembicaraan Gencatan Senjata

JAKARTA — Gelombang serangan udara dan darat yang dilancarkan militer Israel ke Jalur Gaza pada Senin (30/6) menewaskan sedikitnya 60 warga sipil, hanya beberapa saat menjelang agenda perundingan gencatan senjata yang dimediasi Amerika Serikat di Washington.

Menurut laporan yang dihimpun dari otoritas kesehatan di Gaza, jumlah korban tewas tersebut termasuk perempuan, anak-anak, serta seorang jurnalis lokal. Serangan dilancarkan ke sejumlah kawasan padat penduduk, termasuk sekolah dan permukiman yang selama ini menjadi tempat berlindung warga sipil.

Kementerian Kesehatan di Gaza menyebutkan bahwa di wilayah Zeitoun, Gaza Timur, 10 orang tewas akibat tembakan artileri, sementara 13 lainnya dilaporkan meninggal di wilayah barat daya Kota Gaza. Di lokasi berbeda, sebuah serangan udara menghantam sebuah kafe di tepi pantai yang menewaskan sedikitnya 22 orang.

Aksi militer ini terjadi bersamaan dengan kunjungan pejabat tinggi Israel, Ron Dermer, ke Washington. Dermer, yang menjabat Menteri Urusan Strategis sekaligus orang kepercayaan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, dijadwalkan bertemu dengan sejumlah pejabat pemerintahan Presiden Donald Trump untuk membahas isu Iran dan konflik di Gaza.

Sebelumnya, Presiden Trump menyerukan agar kedua pihak menyepakati gencatan senjata demi menyelamatkan para sandera dan meredakan eskalasi yang telah berlangsung sejak Oktober 2023.

Namun di lapangan, situasi justru menunjukkan peningkatan intensitas serangan. Tank-tank Israel dilaporkan masuk ke wilayah timur Gaza, sementara pesawat tempur menyerang setidaknya empat sekolah yang sebelumnya dihuni warga sipil.

“Ledakan tidak berhenti. Mereka mengebom sekolah dan rumah. Rasanya seperti gempa bumi,” ujar Salah, warga Kota Gaza berusia 60 tahun yang memiliki lima anak.

Sementara itu, Amani Swalha, seorang pengungsi perempuan, mengungkapkan kesedihannya di tengah reruntuhan. “Kami bukan hanya angka di berita. Kami manusia, dan kami punya hak untuk hidup dengan martabat,” ucapnya.

Militer Israel menyatakan bahwa operasi militer ditujukan pada fasilitas militan Hamas, termasuk pusat komando dan kendali. Mereka mengklaim telah mengambil langkah-langkah untuk meminimalkan korban sipil.

Namun, kelompok hak asasi dan sejumlah organisasi kemanusiaan internasional menyoroti tingginya jumlah korban sipil yang terus berjatuhan. Persatuan Jurnalis Palestina bahkan mencatat lebih dari 220 jurnalis telah tewas sejak dimulainya konflik pada Oktober 2023.

Situasi ini menambah kompleksitas upaya diplomatik yang tengah dilakukan di Washington, sekaligus memicu kekhawatiran akan gagalnya pembicaraan damai yang selama ini dinanti oleh masyarakat internasional.[]

Putri Aulia Maharani

Internasional