BANDUNG — Gerakan protes buruh kembali menggema di ibu kota. Kamis (04/09/2025), ribuan massa dari Aliansi Gerakan Buruh Bersama Rakyat (Gebrak) turun ke jalan, menjadikan kawasan Patung Kuda, Jakarta Pusat, sebagai titik pusat aksi. Sejak pukul 11.00 WIB, peserta aksi berkumpul di Gedung ILO Thamrin sebelum bergerak bersama menuju lokasi utama.
Ketua Umum Konfederasi Kongres Aliansi Serikat Buruh Indonesia (KASBI), Unang Sunarno, menekankan bahwa demonstrasi ini lahir dari keresahan rakyat atas kebijakan pemerintah yang dinilai tidak berpihak pada masyarakat.
“Aksi ini adalah bentuk perlawanan terhadap berbagai kebijakan yang merugikan. Di tengah luka dan duka, masyarakat tidak boleh diam dan takut. Kita harus bersatu untuk memperjuangkan kehidupan yang layak dan adil untuk semua, dan tentunya harus saling jaga. Jangan sampai apa yang diperjuangkan oleh kawan-kawan kita dibajak oleh kelompok yang tidak bertanggung jawab,” ujar Unang, Kamis.
Unang juga menyampaikan rasa belasungkawa atas meninggalnya 10 orang dalam rangkaian aksi sebelumnya. Menurutnya, peristiwa tersebut menjadi alarm bahwa demokrasi dan hak rakyat harus lebih dihormati, bukan justru dibungkam dengan kekerasan.
Dalam aksi ini, Gebrak menegaskan lima tuntutan pokok yang menjadi sorotan:
-
Menghentikan brutalitas aparat dan praktik militerisme terhadap rakyat sipil. Gebrak mendesak penghentian penembakan, penyiksaan, hingga penggunaan kendaraan tempur di kawasan sipil serta penarikan pasukan bersenjata dari ruang publik.
-
Membebaskan seluruh peserta aksi dan aktivis demokrasi tanpa syarat. Penangkapan dan kriminalisasi terhadap gerakan rakyat dinilai sebagai bentuk pembungkaman kebebasan berpendapat.
-
Mengusut tuntas kasus pembunuhan dan penghilangan paksa. Gebrak mendesak pembentukan tim independen untuk menyelidiki 10 korban meninggal dan orang hilang serta menuntut pertanggungjawaban aparat maupun komandan yang terlibat.
-
Mencabut kebijakan yang dianggap anti-rakyat dan pajak yang memberatkan. Gebrak menolak kenaikan tarif pajak, UU Cipta Kerja, KUHP baru, UU Minerba, hingga proyek strategis nasional yang disebut lebih menguntungkan elite.
-
Mengalihkan anggaran pejabat dan kepolisian untuk rakyat. “Hentikan kemewahan pejabat dan pembengkakan dana kepolisian; alihkan untuk pendidikan, kesehatan, pangan murah, dan upah layak,” tegas Unang.
Bagi Gebrak, aksi di Patung Kuda bukan semata-mata protes buruh. Gerakan ini disebut sebagai simbol perlawanan seluruh lapisan rakyat terhadap ketidakadilan sosial dan ekonomi.
“Perjuangan ini bukan hanya milik buruh, melainkan untuk semua masyarakat yang merasakan dampak kebijakan pemerintah,” ujar Unang.
Dengan tekanan politik dan ekonomi yang semakin berat, aksi massa buruh bersama rakyat ini dipandang sebagai upaya mempertahankan ruang demokrasi sekaligus mendesakkan agenda perubahan demi kesejahteraan yang lebih merata. []
Diyan Febriana Citra.