Anutin Charnvirakul Terpilih Perdana Menteri Baru Thailand

Anutin Charnvirakul Terpilih Perdana Menteri Baru Thailand

BANGKOK – Peta politik Thailand memasuki babak baru setelah Anutin Charnvirakul resmi terpilih sebagai Perdana Menteri Thailand, Jumat (05/09/2025). Pengusaha konstruksi sekaligus politisi konservatif itu berhasil mengamankan suara mayoritas dalam pemungutan suara parlemen dan mengakhiri dominasi panjang keluarga Shinawatra di panggung kekuasaan.

Dari 492 anggota majelis rendah, Anutin mendapatkan lebih dari 247 suara, melampaui ambang batas untuk duduk di kursi perdana menteri. “Merasa gembira itu wajar,” ucapnya singkat kepada wartawan saat hadir di lokasi pemungutan suara.

Kemenangan ini lahir di tengah kekosongan kepemimpinan setelah Paetongtarn Shinawatra, pewaris dinasti politik Shinawatra, dicopot dari jabatan pada 29 Agustus 2025 lalu oleh Mahkamah Konstitusi karena dinilai melanggar etika sebagai menteri.

Anutin, 58 tahun, bukanlah sosok baru di kabinet Thailand. Ia pernah menjabat wakil perdana menteri, menteri dalam negeri, hingga menteri kesehatan. Namanya sempat menjadi sorotan karena kebijakan kontroversial melegalkan ganja pada 2022 serta komentarnya yang menyalahkan warga Barat sebagai pembawa Covid-19, sebelum akhirnya meminta maaf.

Dukungan penting untuknya datang dari Partai Rakyat, koalisi terbesar di parlemen dengan 143 kursi. Namun dukungan tersebut disertai syarat: parlemen harus segera dibubarkan dan pemilu baru digelar dalam empat bulan.

Sementara itu, upaya Pheu Thai mempertahankan kekuasaan kandas. Partai itu sempat mengajukan Chaikasem Nitisiri, mantan menteri kehakiman, tetapi suaranya jauh tertinggal dibandingkan Anutin. Dukungan hanya setengah dari perolehan lawannya.

Bagi keluarga Shinawatra, ini menjadi pukulan telak. Selama lebih dari dua dekade, klan politik yang dipimpin Thaksin Shinawatra mendominasi panggung politik Thailand melalui Pheu Thai. Namun kini, kejayaan itu surut. Thaksin sendiri memilih meninggalkan Thailand menuju Dubai beberapa jam sebelum pemungutan suara, dengan alasan menjalani pengobatan sekaligus menemui sejumlah sahabat. Meski demikian, ia tetap dijadwalkan hadir di Mahkamah Agung pada 9 September 2025 terkait masa perawatan medisnya.

Sejumlah analis menilai, sidang tersebut bisa membuka peluang bagi Thaksin untuk kembali mendekam di penjara, meski kasus yang dihadapi saat ini tidak berkaitan langsung dengan vonis hukuman lamanya.

Sebelum pemungutan suara, Pheu Thai sempat mencoba menghentikan proses dengan meminta pembubaran parlemen melalui istana, tetapi permohonan itu ditolak karena dinilai tidak sesuai kapasitas pemerintahan sementara.

Langkah Anutin naik ke kursi perdana menteri menegaskan adanya pergeseran kekuatan politik di Thailand. Bagi sebagian pengamat, ini bukan sekadar kemenangan seorang politisi, tetapi juga simbol berakhirnya era dominasi keluarga Shinawatra yang selama puluhan tahun mewarnai dinamika politik Negeri Gajah Putih. []

Diyan Febriana Citra.

Hotnews Internasional