JAKARTA – Peristiwa kebakaran besar yang melanda kawasan padat penduduk di Tambora, Jakarta Barat, pada Senin (21/07/2025), kembali menyuarakan urgensi penataan lingkungan permukiman urban serta pentingnya kesadaran akan keselamatan domestik. Api yang berkobar selama lebih dari sembilan jam berhasil dipadamkan setelah meluluhlantakkan puluhan rumah dan menyebabkan ratusan warga kehilangan tempat tinggal.
Kepala Seksi Operasi Suku Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) Jakarta Barat, Syarifudin, menyampaikan bahwa kebakaran mulai ditangani sejak pagi hari dan baru berhasil dipadamkan pada malam harinya.
“Waktu mulai operasi pukul 08.42 WIB. Waktu selesai operasi pukul 18.16 WIB,” jelasnya dalam keterangan tertulis.
Dalam upaya pemadaman, sebanyak 29 unit mobil pemadam kebakaran dan 145 personel dikerahkan. Api yang dengan cepat membesar dan merembet dari satu rumah ke rumah lainnya menghanguskan sedikitnya 86 unit rumah tinggal.
“Jumlah rumah terbakar 86 rumah tinggal,” ujar Syarifudin.
Berdasarkan informasi yang dihimpun dari warga, api diduga berasal dari kompor yang ditinggal menyala di salah satu rumah. Situasi semakin memburuk ketika api sudah terlalu besar untuk dipadamkan dengan alat pemadam api ringan (APAR).
“Warga melihat api yang sudah membesar yang bersumber dari salah satu rumah warga yang berstatus sudah tidak bisa dipadamkan menggunakan APAR. Melihat situasi api yang semakin membesar dan tak terkendali, salah satu warga kemudian berinisiatif mendatangi damkar,” ungkap Syarifudin.
Tidak hanya kehilangan tempat tinggal, kebakaran ini juga berdampak besar terhadap 400 jiwa yang kini terpaksa mengungsi. Kerugian materiel pun ditaksir mencapai Rp10,1 miliar.
Peristiwa ini memperlihatkan kerentanan permukiman padat terhadap potensi bencana kebakaran. Rumah-rumah yang saling berhimpitan, jalur sempit, serta kurangnya sistem deteksi dini dan pencegahan kebakaran menjadi penyebab utama sulitnya proses penanggulangan. Bahkan, dua petugas pemadam dilaporkan mengalami luka dalam proses pemadaman akibat medan yang sulit dijangkau dan suhu tinggi.
Kebakaran Tambora bukanlah insiden pertama yang melibatkan kawasan padat penduduk di ibu kota. Namun, kejadian ini seharusnya menjadi pemicu pemerintah kota dan warga untuk mengambil langkah nyata dalam meningkatkan standar keselamatan lingkungan, mulai dari edukasi penggunaan alat dapur secara aman hingga peremajaan infrastruktur pemukiman.
Sebagai refleksi, tragedi ini mengingatkan semua pihak bahwa bencana bukan hanya soal penanganan, tapi juga soal pencegahan dan perencanaan jangka panjang dalam membangun kawasan yang aman dan layak huni. []
Diyan Febriana Citra.