Badai Melissa Luluhlantakkan Jamaika, Ribuan Warga Mengungsi

Badai Melissa Luluhlantakkan Jamaika, Ribuan Warga Mengungsi

Bagikan:

KINGSTON – Jamaika menghadapi salah satu bencana alam paling dahsyat dalam sejarahnya setelah Badai Melissa menerjang pulau itu pada Selasa (28/10/2025). Dengan kecepatan angin mencapai 295 kilometer per jam, badai kategori 5 ini menimbulkan kerusakan luas, banjir besar, dan pemadaman listrik di sebagian besar wilayah barat daya Jamaika.

Pemerintah menyatakan Badai Melissa sebagai badai terkuat yang pernah melanda negara itu dalam kurun lebih dari satu abad. Di wilayah New Hope, atap rumah-rumah beterbangan, dan batu besar berjatuhan ke jalan.

“Tidak ada infrastruktur di negara ini yang mampu menahan kekuatan badai sebesar itu. Pertanyaannya sekarang adalah seberapa cepat kita bisa pulih. Itulah tantangannya,” ujar Perdana Menteri Jamaika Andrew Holness, dikutip dari AP News.

Wakil Ketua Dewan Manajemen Risiko Bencana Jamaika Desmond McKenzie mengatakan banyak keluarga terjebak banjir di komunitas Black River, sementara cuaca ekstrem membuat tim penyelamat kesulitan menjangkau lokasi.

“Atap-atap beterbangan. Kami berharap situasi segera membaik agar tim penyelamat bisa menjangkau mereka,” ujarnya. Ia menambahkan, paroki St. Elizabeth menjadi daerah yang paling parah terdampak.

Menurut McKenzie, Badai Melissa merupakan badai terkuat yang menghantam Jamaika dalam 174 tahun terakhir. Hingga Rabu (29/10/2025) pagi, sekitar 540.000 pelanggan listrik sekitar 77 persen penduduk mengalami pemadaman, dan 15.000 warga telah mengungsi ke tempat penampungan.

Sementara itu, Rohan Brown dari Badan Meteorologi Jamaika memperingatkan adanya potensi gelombang tinggi di bagian utara akibat rotasi badai yang berlawanan arah jarum jam. Melissa diperkirakan akan melaju ke arah Kuba dalam waktu dekat dengan kekuatan yang masih sangat besar.

Kondisi di ibu kota Kingston juga tak kalah mencekam. Colin Bogle, penasihat Mercy Corps, menggambarkan situasi di Portmore yang gelap gulita setelah terdengar ledakan keras. “Suaranya terus-menerus. Orang-orang cemas dan hanya berusaha bertahan sampai badai ini lewat,” katanya.

Pusat Badai Nasional AS di Miami mencatat tekanan udara Melissa mencapai 892 milibar, sejajar dengan rekor Badai Hari Buruh tahun 1935 dan Dorian pada 2019. Ilmuwan badai Phil Klotzbach menyebut fenomena ini “sungguh luar biasa, badai yang sangat dahsyat.”

Di tengah kekacauan, laporan menyebut empat rumah sakit rusak, satu di antaranya kehilangan pasokan listrik hingga 75 pasien harus dievakuasi. Sebuah stasiun radio bahkan menerima panggilan darurat dari warga yang membantu proses persalinan melalui panduan dokter secara langsung.

Pemerintah Jamaika kini memprioritaskan evakuasi dan pemulihan pascabencana. McKenzie memastikan kapal dan helikopter siap dikerahkan segera setelah cuaca memungkinkan. “Kami memiliki kapal, helikopter, apa pun yang dibutuhkan,” tegasnya.

Sejauh ini, badai telah menewaskan tujuh orang di Karibia, termasuk tiga di Jamaika. Lembaga kemanusiaan internasional tengah menyiapkan bantuan makanan dan obat-obatan untuk dikirim segera setelah kondisi membaik. []

Diyan Febriana Citra.

Bagikan:
Internasional